
Sumber tunggal (kini raib) yang konon menyebutkan lokasi Kerajaan Jampang Manggung adalah “Wawacan Jampang Manggung” dari Cianjur, kisahnya sekarang hanya disampaikan melalui ingatan dan cerita lisan saja. Sayangnya, karena tidak adanya petunjuk lain untuk mengonfirmasi keberadaannya, jadi, satu sumber itulah yang seolah menjadi “kebenaran” tentang keberadaan kerajaan Jampang Manggung.
Kalau kita lebih legowo untuk melihat fenomena yang lebih luas, bahwa narasi kisah “Jampang Manggung” tidaklah hanya milik Cianjur. Kalau mau membaca Babad Panjalu atau wawacan Sajarah Panjalu dari Ciamis, misalnya, tidak tampak bahwa kerajaan Jampang Manggung itu ada di Cianjur (khususnya di wilayah Gunung Mananggel), tetapi mungkin lebih ke wilayah timur.

Tinjauan intertekstual terhadap narasi “Jampang Manggung” ini diperlukan, dengan memperluas wilayah geo-politik Cianjur pada masa lalu. Beberapa naskah yang di dalamnya menyebut ‘Jampang Manggung’ ditulis dalam bahasa Sunda dan Jawa-Cirebon. Hal ini mengindikasikan adanya persinggungan antara budaya Sunda dan Jawa-Cirebon yang cukup erat.
Memang narasi sejarah Cianjur tidak bisa lepas dari Cirebon. Sehingga, untuk membaca kembali ‘Jampang Manggung’ sebagai peristiwa yang bernilai sejarah, kita tidak bisa hanya melihat dari satu sumber saja.
Cag.
Depok, 20 April 2025

Pemerhati sejarah dan budaya Cianjur, pembaca naskah Sunda kuno, pengulik musik tradisi. Pengguna setia Linux.