
Beberapa waktu yang lalu saya mendapat notifikasi update terbaru dari Linux Mint (LM). Ketika notifikasi itu muncul, saya menggunakan LM versi 22 Wilma. Pemberitahuan untuk meng-upgrade distro Linux ini cukup menarik perhatian saya, karena LM 22.1 ini merupakan versi LTS (Long Term Service) yang akan mendapat dukungan hingga tahun 2029 dan dibangun di atas Ubuntu Noble Numbat 24.04.
Setelah membaca rilis update terbarunya (baca di sini), saya tidak ragu untuk segera meng-upgrade LM Wilma di laptop Acer Aspire yang saya gunakan sehari-hari. Seperti biasa, saya upgrade melalui terminal dengan baris perintah sederhana. Setelah beberapa waktu menunggu, upgrade berhasil tanpa kendala. Dari upgrade ini, sebenarnya secara tampilan dekstop Cinamon yang saya gunakan hampir tidak bisa dilihat perbedaannya, tapi memang terasa lebih cepat dan halus dalam beberapa hal detail. Sebenarnya ada sih perbedaannya, tapi bukan itu yang akan saya bahas lebih dalam di sini.
Oke, dengan upgrade yang berhasil saya lakukan di laptop kerja saya, sekarang perhatian saya beralih ke laptop kedua yang biasa saya pakai di rumah, yaitu Thinkpad L540. Laptopnya memang jadul sih, tapi performanya masih bisa diadu untuk produktivitas. Laptop Thinkpad ini punya spesifikasi HDD 500 GB, RAM 8GB, dan processor intel Core i5. Biasanya saya gunakan untuk perangkat kedua, jika laptop utama saya bermasalah atau untuk backup data.
Sebelumnya, Thinkpad saya pasangi LM 22 dengan varian desktop Xfce agar kinerjannya ringan. Maklum agak lelet, karena masih menggunakan HDD yang sudah semakin dimakan usia. Pilihan itu cukup berhasil. Nah, untuk upgrade laptop ini, alih-alih langsung mengetik perintah dari terminal, saya memilih untuk sekalian meng-upgrade perangkat penyimpanan datanya. Kebetulan, Thinkpad L540 memiliki modul yang bisa dipasang SSD M.2 di motherboard-nya. Jadi bisa digunakan bersamaan dengan HDD yang sudah terpasang.
Singkat cerita, SSD M.2 sudah saya dapatkan dari toko daring. Saya dapat SSD M.2 merek RX7 dengan kapasitas 512 GB. Harganya sekitar 400-an ribu. Oke..oke, mungkin ini pilihan saja ya, banyak kawan saya yang menyarankan untuk menggunakan produk dari merek besar seperti Samsung, WD, atau Transcend. Tapi dalam rangka berhemat, RX7 menurut saya tidak masalah dan di laptop saya terdeteksi dan berjalan baik-baik saja, tanpa kendala. Bahkan, kinerjanya lebih cepat 2-3 kali dari SSD sebelumnya. Sekali lagi, itu pilihan. Kalau ada bujet yang memadai, tentu bisa memilih produk yang mungkin lebih baik.
Setelah SSD M.2 terpasang dan membuat bootable FD untuk instalasi, saya langsung instal LM 22.1 ke drive yang baru dipasang tadi dengan pilihan format otomatis. SSD M.2 secara otomatis diformat ke dalam 2 partisi oleh sistem. Data di partisi HDD lama yang berisi sistem LM 22 sudah dibackup, lalu diformat ulang agar mendapatkan space kosong yang lebih banyak. Proses berjalan lancar tanpa kendala. Proses instalasi berhasil tidak sampai satu jam, lalu sistem di-reboot. Lebih cepat dari dugaan, ternyata.
Setelah pengaturan dasar selesai sesuai kebutuhan, saya baru engeuh ketika membuka aplikasi System Monitor, swap memory-nya tidak aktif, dan hanya bergantung kepada memori RAM fisik saja. Biasanya kan otomatis terbaca setelah instalasi selesai. Karena penasaran, saya cari info yang lebih lengkap tentang penggunaan partisi swap (swap partition) di LM terbaru ini. Ternyata, memang dalam beberapa waktu belakangan partisi swap sudah tidak perlu digunakan lagi. Partisi swap digunakan sebagai memori tambahan yang mengambil porsi drive penyimpanan sejumlah yang ditentukan di saat pengaturan awal. Biasanya dibuat dalam sebidang partisi drive secara terpisah. Namun, belakangan partisi swap sudah digantikan fungsinya oleh berkas swap (swap file) tanpa harus membuat partisi swap lagi.

Walaupun demikian, partisi swap yang sudah tersedia dalam pengaturan awal pun (jika ada) tetap dapat digunakan dengan normal. Hanya saja, kalau menginstal LM di HDD/SSD baru, maka partisi swap ini tidak akan otomatis dibuat oleh sistem instalasi. Nah, ada juga kendalanya. Ternyata, tidak semua proses instalasi secara otomatis membuat berkas swap untuk memori tambahan. Misalnya seperti yang saya alami saat menginstal LM 22.1 di laptop Thinkpad ini. Memori swap tidak terdeteksi di System Monitor. Hmm, sebetulnya gak masalah juga sih dengan RAM 8GB yang tersedia. Tapi, penasaran saja bagaimana cara mengaktifkan memori swap dari berkas swap ini.
Oke, beberapa waktu kemudian saya cari solusinya di internet. Banyak orang baik yang membagikan pengalamannya di forum-forum, yang pada intinya mendiskusikan perlu atau tidaknya membuat partisi swap (baca di sini), bahkan ada juga diskusi perlu atau tidaknya membuat berkas swap (baca di sini). Jadi kalau memang perlu memori tambahan tanpa menggunakan perangkat keras, tentu bisa memilih untuk membuat berkas swap/partisi swap.
Periksa Ketersediaan Ruang Swap (swap space)
Coba jalankan perintah sudo swapon -a
lalu free -h
untuk melihat ketersediaan ruang memori kosong. Jika tidak ada keterangan tentang swap space yang tersedia, maka kamu bisa membuat berkas swap dengan mengikuti perintah berikut ini, satu persatu:
sudo swapoff -a
sudo dd if=/dev/zero of=/swapfile bs=1M count=2048
sudo chmod 0600 /swapfile
sudo mkswap /swapfile
sudo sed -i '/swap/{s/^/#/}' /etc/fstab
sudo tee -a /etc/fstab<<<"/swapfile none swap sw 0 0"
sudo swapon -a
Setelah semua perintah dijalankan, swap space sudah tampak terdeteksi aktif di System Monitor.

Selamat mencoba.

Pemerhati sejarah dan budaya Cianjur, pembaca naskah Sunda kuno, pengulik musik tradisi. Pengguna setia Linux.