Naskah Babad Cikundul Tertua Ada di Leiden

Proses Alih Aksara Babad Cikundul Koleksi Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda

Dari penelusuran yang saya lakukan belakangan ini, naskah Babad Cikundul yang ditulis dalam bentuk puisi wawacan ada lebih dari lima buah. Salah satu yang sedang saya alihaksarakan ini adalah koleksi Perpustakaan Universitas Leiden. Teksnya ditulis dengan bahasa Sunda dan aksara Pegon. Titimangsa yang tertulis di halaman awal adalah 1890. Jadi, untuk sementara naskah inilah yang paling tua di antara koleksi yang lain.

Saya mendapatkan kesempatan untuk memeriksa naskah ini langsung di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda setelah mendapatkan beasiswa Lingling Wiyadharma Fellowship tahun 2023, selama tiga bulan. Selain untuk meriset sederet daftar naskah Sunda, antara lain saya khususkan juga mencari naskah-naskah yang berhubungan dengan Cianjur. Tentu saja momen itu menjadi kesempatan yang baik untuk mengecek “fakta” tentang naskah-naskah Cianjur yang berada di Belanda, khususmya di Perpustakaan Universitas Leiden.

Memeriksa naskah bertinta emas “Kamus Melayu-Sunda” karya R.A.A. Kusumaningrat (Dalem Pancaniti) 1857

Naskah-naskah Babad Cikundul lainnya tersebar dalam koleksi Perpustakaan Nasional RI di Jakarta dan koleksi perorangan. Selain ditulis dengan aksara Pegon, teks Babad Cikundul ada pula yang ditulis dengan aksara Latin. Beberapa di antaranya telah diterbitkan dalam bentuk alih aksara dan suntingan teks, misalnya dalam dua edisi Volks Almanak Soenda tahun 1920-1921 dengan judul “Sajarah Cikundul”.

Dengan adanya beberapa naskah Babad Cikundul ini tentu saja menarik untuk disajikan edisi lengkapnya berdasarkan perbandingan tekstual. Dengan membaca semua versi Babad Cikundul yang dapat saya jangkau, mulai bermunculan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan di benak saya terhadap narasi “sejarah” Cianjur pada masa kolonial.

Apakah “sejarah” tentang Kuda Kosong, Serat Kalih, Saparantu, Ngaos, Mamaos, Maenpo, dengan kisah para tokohnya (Dalem Bupati) yang telah diyakini selama ini oleh kebanyakan masyarakat Cianjur sesuai dengan narasi dalam naskah Babad Cikundul? Pembacaan ulang kisah “sejarah” yang utuh dalam Babad Cikundul ini dapat menyajikan petunjuk untuk ditafsirkan ulang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *