Kabar mengenai wafatnya Haji Muhammad Saleh, pensiunan kepala penghulu (hoofdpanghoeloe pansioen) Cianjur tercatat dalam surat kabar Al-Moemin No. 10, 9 Maret 1939 tahun ke-VIII.
Dalam berita itu, dikabarkan bahwa pada waktu ashar hari Sabtu, 4 Maret 1939, keluarga besar pakauman Cianjur mendengar kabar yang mengagetkan, bahwa Juragan Haji Muhammad Saleh, pensiunan kepala penghulu (hoofdpanghoeloe pansieon) Cianjur telah wafat, setelah lebih kurang dua minggu sakit biasa.
Hal itu memang dapat dimengerti, sebab beliau sebelumnya telah berhenti dari jabatannya karena merasa kondisi kesehatannya semakin berkurang. Telah lebih tiga tahun terakhir beliau merasa kesehatannya tidak baik-baik saja, padahal sebelumnya sehat walafiat, walaupun usianya belum disebut “sepuh”, sebab baru menginjak 62 tahun.
Beliau wafat meninggalkan empat orang istri, tiga orang putra yang masih sekolah, yaitu putra sulungnya yang sedang sekolah di Belanda, seorang lagi di Manila, dan yang ketiga masih di sekolah rendah.
Khalayak yang bertakziah segera setelah beliau wafat, malam Ahad, hadir dari berbagai tempat, baik keluarga dekatnya, maupun sahabat dan koleganya. Beliau wafat dan sakit dirawat di rumah istrinya yang kedua.
Pada hari Minggu keesokan harinya, pelataran rumah pinuh oleh orang-orang yang bertakziah, serta masyarakat yang hendak mengantar ke pemakaman. Sekitar puku 9.30 pagi, jenazah diiringkan ke Masjid Agung untuk disalatkan. Tidak kurang dari 400 Muslimin yang hadir untuk ikut menyalatkan almarhum.
Setelah itu, sekitar pukul 10.00, jenazah diiringkan ke “Pasarean Agung”, untuk dimakamkan. Perlu dicatat bahwa sebagian orang yang hadir ke makam, yaitu Kanjeng Mandalawangi, Kanjeng Sukabumi, Pad. Tuan Asisten Residen Cianjur, Pd. Jurangan Patih, para hoofdpanghoeloe dari Sukabumi, Bogor, Purwakarta dan para menak lainnya.
Setelah beliau dikebumikan, Juragan Lid Raad (Kepala Pengadilan) Agama Raden Haji Moechtar membacakan talqin. Lalu dilanjutkan oleh juragan Cholid Haji Muhammad Hasan (juragan Partadiredja), sebagai perwakilan ahli waris dan keluarga besar mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah menunjukkan kecintaannya kepada Raden Haji Moehammad Saleh almarhum.
Juragan Cholid juga menyampakian, bahwa almarhum yang baru wafat, telah menjadi ponggawa kaum (mesjid agung) dan menjadi hoofdpanghoeloe dalam waktu yang cukup lama, serta memohonkan maaf, agar seluruh kesalahan almarhum sungguh-sungguh dapat dimaafkan.
Sebagai penutup, Pad. Juragan Patih membacakan do’a semoga arwah Rd. H. M. Saleh mendapatkan rahmat Allah Swt. Demikian pula orang-orang yang ditinggalkannya diberikan kesabaran dan tawakal, menerima takdir, atas ketentuan Allah yang Maha Kuasa. Ditutup dengan meminta para hadirin untuk membacakan surat al-fatihah sebagai hadiah kepada arwah Rd. H. M. Saleh. Setelah itu, para hadirin bubar dan kembali ke rumah masing-masing.
Pemerhati sejarah dan budaya Cianjur, pembaca naskah Sunda kuno, pengulik musik tradisi. Pengguna setia Linux.