Sejarah Cianjur Lama, Antara Realita dan Cerita

Tari Kuda Kosong diangkat dari cerita rakyat (dok. Perceka Art Centre)

Tulisan ini saya buat untuk mewakili apa yang saya pikirkan dan elaborasi mengenai wacana “sejarah” di Cianjur. Setelah beberapa waktu membaca dan menelusuri berbagai wacana kesejarahan di kabupaten Cianjur, saat ini saya sampai pada sebuah pandangan bahwa yang dimaksud “sejarah” oleh masyarakat awam pada umumnya tentang perkembangan Cianjur dari zaman dahulu hingga sekarang adalah kisah-kisah lama. Baik itu yang sudah diperiksa secara keilmuan sejarah maupun belum jelas penafsirannya. Belum lagi ditambah kisah-kisah yang tampaknya baru muncul beberapa tahun belakangan ini yang juga dianggap sejarah.

Sebut saja kisah bupati-bupati lama Cianjur sebelum era kemerdekaan, kisah Kuda Kosong, kisah pohon saparantu, dan kisah-kisah lainnya yang mungkin cukup banyak diketahui oleh masyarakat Cianjur saat ini. Gejala yang tampak di masyarakat adalah bahwa kisah-kisah yang berhubungan dengan orang-orang pada masa lalu, walaupun tidak jelas sumbernya, misalnya kisah tersebut tadi juga dikatakan sejarah yang benar-benar fakta.

Tidak banyak orang yang berusaha mengkritisi atau mengulik asal-muasal kisahnya, atau membandingkannya dengan sumber-sumber informasi lain untuk mencoba mengkonfirmasi, paling tidak salah satu saja. Sehingga, informasinya kemudian ditelan mentah-mentah. Parahnya lagi, keterangan-keterangan yang masih bias, seolah dilegitimasi oleh media-media masa baik media daring (online) maupun media cetak lokal. Bahkan, lembaga-lembaga pemerintah pun ikut-ikutan mengamini kisah-kisah itu sebagai fakta sejarah. Belum lagi, kanal-kanal media sosial seperti YouTube dan akun-akun pengguna Facebook yang menyebarkan kisah-kisah yang seolah-seolah diyakini sebagai sejarah juga, bagaikan api liar yang menjalar tanpa kendali.

Kurangnya Kajian Historiografi Cianjur

Keadaan seperti ini dapat dipahami sebagai efek dari kurangnya sumber-sumber historiografi Cianjur. Penelitian sejarah Cianjur sangatlah minim. Hanya beberapa orang peneliti saja yang menaruh perhatian khusus terhadap penelusuran sejarah Cianjur. Sebut saja Drs. Bayu Suryaningrat pada era 1980-an, dan Prof. Reza Diena Putra pada era tahun 2000-an awal hingga sekarang. Kedua peneliti tersebut cukup banyak memberikan analisis yang kritis dari sumber-sumber rujukan yang representatif dengan ragam tafsiran-tafsirannya. Selain itu, ada pula peneliti sejarah lain, tetapi umumnya hanya mengulas sekilas tentang sejarah Cianjur dan pengaruhnya terhadap perkembangan wilayah Priangan, seperti tulisan-tulisan Prof. Sobana Hardjasaputra dan Prof. Nina Herlina Lubis.

Di luar dari itu, ada pula tulisan-tulisan yang berisi kumpulan kisah, dokumentasi naratif, namun belum disertai dengan metodologi historiografi yang memadai. Misalnya saja sejumlah tulisan yang dipublikasikan oleh R. Luki Muharam baik berupa artikel di media massa, media sosial, blog dan bukunya; juga Denny R. Natamihardja yang menerbitkan buku Babad Cianjur. Banyak dari isi tulisannya cenderung meneruskan kisah dari sumber-sumber terdahulu, baik lisan maupun tulisan, tanpa disertai dengan analisis secara kritis. Jadi semacam kompilasi saja. Namun, bagaimanapun juga tulisan-tulisan yang dihasilkannya tetap memiliki arti penting dalam konteks dokumentasi kisah-kisah lama Cianjur.

Ada pula hal yang menarik lainnya, bahwa tulisan-tulisan “sejarah” Cianjur juga dimuat di Wikipedia. Beberapa orang meyakini bahwa jika suatu informasi sudah dimuat di Wikipedia, maka itu adalah sebuah sumber informasi yang meyakinkan. Padahal Wikipedia merupakan ensiklopedia bebas, yang dapat disunting oleh siapa saja, baik informasinya valid maupun tidak valid. Walaupun ada ketentuan dan anjuran untuk menuliskan informasi yang valid, tetapi ada saja kontributor Wikipedia yang menuliskan informasi tanpa menelusuri terlebih dahulu kebenarannya. Tak terkecuali artikel-artikel tentang sejarah Cianjur. 

Betapa pun pentingnya dokumentasi untuk merekam dan meneruskan kisah-kisah lama tentang Cianjur, namun sayangnya kurang diimbangi dengan narasi-narasi analitis mengenai kisah-kisah itu sendiri. Salah satunya dengan sulitnya mengakses sumber informasi tulisan para peneliti sejarah tentang Cianjur di internet. Jika mencari kata kunci “sejarah Cianjur”, misalnya, maka tulisan-tulisan yang keluar sebagian besar merupakan kisah-kisah mitos atau dongeng. Apa yang saya soroti di sini jangan disalahpahamkan dengan tradisi lisan seperti cerita rakyat atau folklor. Karena folklor memiliki koridor lain dan tentu dapat tetap hidup sebagai bagian dari budaya masyarakat Cianjur. 

Maksudnya, ketika berbicara tentang folklor, maka mari kita diskusikan kisah itu dalam koridor folklor. Walaupun tak bisa dipungkiri bahwa di dalam folklor terdapat berbagai informasi yang berkaitan dengan peristiwa atau tokoh sejarah, tetapi untuk sampai pada kesimpulan bahwa kisah itu merupakan suatu fakta persitiwa atau bukan, maka perlu dianalisis dan diuji melalui kaidah-kaidah keilmuan yang sesuai. Misalnya melalui kajian semiologi, antropologi, linguistik, studi budaya, hingga sastra. Namun jika folklor dibahas seolah-olah sebagai fakta sejarah, ini tentu yang menjadi persoalan. Hingga akhirnya, mengenai benar atau tidaknya kisah tersebut dikembalikan lagi saja kepada orang yang meyakininya (secara buta?) bahwa folklor adalah benar-benar peristiwa fakta. 

Pada era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, sudah saatnya pengguna atau pembaca yang mendapatkan informasi dari berbagai sumber terbuka untuk memilah, memilih dan lebih pintar dalam mengelola informasi sejarah Cianjur. Sederhana saja menurut saya, kalau kisah itu bersumber dari folklor, maka sebutkan saja lagi bahwa kisah itu merupakan folklor. Begitu juga jika suatu narasi didapatkan dari hasil penelitian, maka dapat dirujuk sumbernya. Kalau mampu mengelaborasi dan menganalisis sendiri sumber-sumber yang ada, tentu itu lebih baik lagi. Sehingga wacana intelektual kesejarahan Cianjur semakin hidup. Tidak hanya berasal dari satu sumber keran informasi saja. 

Senja di Kota Padang,
20 September 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *