Mungkin topik ini agak tendensius bagi sebagian orang. Namun, faktanya memang demikian. Konten-konten YouTube yang mengulas “sejarah Cianjur” hampir semuanya berlandaskan mitos atau kepercayaan semata. Mulai dari makam-makam keramat (karomah) yang dibalut dengan narasi “konon katanya”, situs petilasan kerajaan kuno, hingga tempat-tempat yang dikaitkan dengan kesultanan Mataram.
Sebetulnya, fenomena ini menarik untuk ditilik. Masyarakat Cianjur umumnya ternyata masih menganggap bahwa “sejarah” adalah cerita lama, baik itu mitos, kepercayaan setempat maupun kisah-kisah mistis. Jadi, fakta sejarah seringkali tidak bisa dibedakan atau memang sengaja disamarkan dengan hal-hal mitos dan mistik.
Mirisnya, kebanyakan pengelola situs atau objek sejarah yang dikeramatkan itu merupakan lembaga pendidikan Islam (pesantren) yang memiliki tokoh sesepuh. Beberapa situs terkesan dilegitimasi oleh tokoh ulama (umumnya Habib) dari luar Cianjur, misalnya dari Banten atau Cirebon yang mengaku mengetahui nasab atau silsilah dan kisah orang-orang masa lalu. Penduduk setempat mengiyakan dan mengikuti saja narasi “sejarah” itu.
Kalau ditilik kembali, ada dua sisi yang saling bertolak belakang, seperti halnya dua sisi koin. Pertama, kisah-kisah mitos itu menjadi “pelindung” peninggalan masa lalu. Namun, peninggalan-peninggalan itu perlu dikritik dan ditinjau kembali melalui pendekatan ilmu sejarah dan ilmu bantu lainnya. Selain itu, dengan adanya narasi “sejarah” yang demikian, maka timbul potensi ekonomi masyarakat setempat melalui kegiatan “wisata religi”. Kedua, kisah yang melekat itu menjadi blunder sehingga membuat sejarah Cianjur semakin bias.
Jadi, Bagaimanakah sikap kita terhadap fenomena ini?
Cag,
Ciputat, 12 Agustus 2024
Pemerhati sejarah dan budaya Cianjur, pembaca naskah Sunda kuno, pengulik musik tradisi. Pengguna setia Linux.