Halo readers! Beberapa waktu lalu saya membagikan sedikit insight perpindahan saya dari distro Linux Ubuntu ke Linux Mint. Kali ini saya berbagi pengalaman tentang penggunaan LibreOffice sebagai aplikasi utama pengolah kata yang saya gunakan sehari-hari. Beberapa tangkapan layar dari LibreOffice dalam tulisan ini saya buat setelah menggunakan Linux Mint.
Walau demikian, tidak begitu ada perbedaan yang besar dari fitur-fiturnya. Ya, bedanya hanya tampilan desktop environment-nya, terutama pada tata letak ikon dan panel Ubuntu vs Linux Mint. Selebihnya, LibreOffice 100% sama, asalkan pakai versi yang sama juga.
Aplikasi Gratis dengan Fitur-fitur Andal
Baik, penggunaan sebuah aplikasi pengolah kata (atau aplikasi apa pun) sebenarnya dikembalikan kepada pilihan pengguna masing-masing. Saya tidak anti menggunakan macam-macam aplikasi. Setelah mencoba fitur-fiturnya, saya kira tidak ada yang dikatakan aplikasi pengolah kata yang “sempurna”. Semua kembali ke kebutuhan dan pilihan pengguna.
Bagi saya, setelah mengenal dan menggunakan Linux lebih dari 14 tahun untuk penggunaan pribadi di laptop maupun di PC, rasa-rasanya semua kebutuhan bisa dikerjakan. Walaupun ada saja drama-drama galat, perangkat keras atau driver yang tidak terbaca. Tapi seiring waktu, baik distro Linux dan berbagai aplikasi produktifitas lainnya semakin baik dan memenuhi kebutuhan pengguna. Dan, tentu saja hampir semuanya gratis. Sehingga, ini menjadi “keuntungan” tersendiri bagi saya – jadi bisa menghemat biaya lisensi perangkat lunak untuk alokasi lainnya. Apalagi saya sudah insyaf pakai produk-produk digital bajakan.
LibreOffice, tentu saja menjadi aplikasi utama untuk pekerjaan-pekerjaan saya dalam menulis dan menyunting teks. Aplikasi yang paling sering dipakai adalah LO Writer dan LO Impress. Kurang lebih seperti MS Word dan MS Powerpoint. Keduanya lebih dari cukup memenuhi kebutuhan pekerjaan-pekerjaan saya. Selama semua dikerjakan dalam lingkungan sistem operasi laptop sendiri, semua berjalan tanpa kendala. Ketika perlu untuk mengerjakan di perangkat lain, ada dua pilihan yang biasa saya lakukan.
Pertama, mengubah atau menyimpan pekerjaan di LO Writer (format asli .odt) atau LO Impress (format asli .odp) dengan ekstensi yang kompatibel dengan aplikasi MS Office, yaitu dalam format .docx dan .pptx. Kedua, menginstal aplikasi LO di Windows atau Mac sehingga bisa membaca berkas .odt dan .odf dengan baik. Well, sebenarnya praktik yang pertama yang lebih sering dilakukan. Jadi, saya yang menyesuaikan format berkas LO ke format MS Office. Sejauh ini, berkas yang saya kerjakan bisa dibuka dan berjalan dengan baik di Microsoft Office.
Saya tidak akan menjelaskan semua fitur yang ada dalam LibreOffice, tetapi hanya menyoroti dua fitur yang sering saya gunakan dan sangat mendukung pekerjaan sehari-hari. Kedua hal tersebut yaitu kompatibilitas untuk mengolah teks beraksara Nusantara dan integrasi dengan aplikasi Zotero untuk mengolah daftar pustaka.
Kompatibilitas dengan Aksara Nusantara
LibreOffice mampu melakukan render tampilan aksara non-Latin yang kompleks, termasuk aksara-aksara tradisional Nusantara seperti aksara Sunda, Jawa, Bali, Kawi dan lainnya yang sudah terdaftar di Unicode dan fontnya tersedia. Kalau belum tersedia dalam sistem komputer, maka bisa mengunduhnya melalui laman Google Fonts dan menginstalkannya terlebih dahulu.
Aksara Sunda menggunakan kombinasi diakritik yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan aksara Jawa, Bali dan Kawi, sehingga dengan menggunakan font Noto Sans Sundanese bawaan Google sudah bisa tampil dengan baik, misalnnya untuk kata “angklung gubrag”. Untuk aksara Jawa, saya menggunakan font Ngayogyan, sedangkan untuk Bali menggunakan Noto Sans Balinese dan untuk aksara Kawi menggunakan font Noto Sans Kawi. Ketiganya dapat menampilkan kombinasi aksara tumpuk tiga, contohnya kata “hantlu” (‘telur’).
Kemampuan ini membantu saya dalam mengolah dokumen-dokumen teks yang memerlukan kombinasi kompleks aksara Nusantara. Misalnya dalam penyusunan rancangan Standar Nasional Indonesia aksara Nusantara untuk font dan papan ketiknya. Walaupun MS Word waktu itu dapat menampilkan karakter aksara Sunda, Jawa, Bali dan Kawi, tetapi masih ada beberapa kombinasi yang tidak bisa di-render dengan sempurna.
Untuk menginput teks aksara Nusantara ke LO Office dan di Linux Mint, terutama saya menggunakan aplikasi gratis, Keyman. Aplikasi Keyman dapat digunakan pada Windows, Mac, Linux, Android dan iOS. Selain itu juga terdapat Keyman versi web. Mengenai aplikasi ini akan saya bahas di postingan blog terpisah.
Integrasi dengan Zotero
Pengutipan sumber rujukan dan penyusunan daftar pustaka (bibliografi) dalam artikel jurnal, makalah atau tulisan lainnya merupakan hal yang sangat penting untuk bisa digunakan dalam aplikasi pengolah kata. Sebagian besar tulisan-tulisan ilmiah saya harus menggunakan pengelolaan referensi yang baik, sehingga tidak terjadi duplikasi maupun referensi yang terlewat. LO Writer sebenarnya memiliki fasilitas bawaan untuk melakukan hal itu. Namun, saya sudah terbiasa menggunakan Zotero dan menyimpan database daftar pustaka yang telah dikumpulkan bertahun-tahun di akun daring yang disediakan Zotero.
Zotero adalah aplikasi pengelola daftar pustaka yang dapat saya andalkan. Beberapa alasannya yaitu karena gratis, memiliki cloud daring (walaupun terbatas, tapi cukup untuk saya), dan bisa digunakan di LibreOffice Writer dengan baik pada Linux. Tentu saja, Zotero juga dapat digunakan di Windows dan Mac pada MS Office. Sehingga, data sumber rujukan yang saya miliki dapat selalu diakses kembali melalui akun daring Zotero walau menggunakan OS atau aplikasi pengolah kata lain (MS Word).
Dalam beberapa versi lama LO Writer dan Zotero, saya juga memang menemukan kendala intergrasi antara kedua aplikasi tersbeut. Biasanya karena plug-in Zotero yang tidak bisa dipasang atau tidak bisa dibaca oleh LO Writer, sehingga untuk memecahkannya cukup menguji kesabaran. Walau demikian, dengan menggunakan LO Writer dan Zotero versi terbaru, saya tidak menemui kendala semacam itu lagi. Dengan semua kemudahan yang memenuhi kebutuhan saya dalam pengolahan kata, maka Zotero adalah aplikasi yang wajib dipasang di laptop dan PC saya.
Pemerhati sejarah dan budaya Cianjur, pembaca naskah Sunda kuno, pengulik musik tradisi. Pengguna setia Linux.