Sudah lebih dari empat tahun saya menggunakan Ubuntu di laptop saya hingga akhirnya kinerjanya mulai lambat setelah melakukan upgrade ke versi 24.04. Meskipun memiliki fitur-fitur yang keren dan elegan, saya tidak dapat mengatasi masalah lag yang ada. Akhirnya, saya beralih ke Linux Mint. Secara mengejutkan, Linux Mint berjalan dengan sempurna.
Sesungguhnya, ini bukan kali pertama saya menggunakan Linux Mint. Sebelumnya, sekitar dua tahun yang lalu, saya juga menginstal Linux Mint di komputer yang saya pakai di tempat kerja. Namun, karena alur kerja yang sedikit berbeda dengan Ubuntu, saya akhirnya menggantinya kembali ke Ubuntu untuk menyamakan alur kerja dengan laptop pribadi saya.
Laptop istri saya, yang sebelumnya menggunakan Windows 10, dalam empat tahun terakhir ini sudah menggunakan Linux Mint. Alasan beralih dari Windows 10 ke Linux Mint adalah karena Windows 10 banyak mengandung bloatware yang membuat kinerja laptop menjadi beratdan sudah tidak lagi mendapat dukungan pembaruan. Setelah beralih ke Linux Mint, kinerjanya menjadi lebih lancar tanpa lag, sampai betah digunakan sampai sekarang.
Saya akan berbagi pengalaman tentang perangkat produktivitas yang saya gunakan untuk tugas harian di Linux dalam posting berikutnya. Semua perangkat lunak tersebut dapat diinstal baik di Ubuntu maupun di Linux Mint. Jadi, saya masih nyaman untuk beralih distro selama mereka memiliki perangkat lunak yang saling dapat dipertukarkan.
Pemerhati sejarah dan budaya Cianjur, pembaca naskah Sunda kuno, pengulik musik tradisi. Pengguna setia Linux.