Peninggalan Megalitik di Pasir Manggu, Sukanagara

Masih terletak di kampung Cijembar Girang, desa Sukajembar, kecamatan Sukanagara, kabupaten Cianjur. Sebuah situs megalit lain menambah khazanah kebudayaan kuno di wilayah ini. Pasir Manggu, demikian situs ini biasa disebut oleh warga sekitar. Situs ini berjarak hanya sekitar 250 meter arah barat daya dari Situs Megalit Lemah Duhur.

Desa Sukajembar, Kec. Sukanegara

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) tahun 1985, didapatkan deskripsi awal mengenai situs ini. Artikel blog ini mengemukakan kembali hasil-hasil temuan dari tim Puslit Arkenas agar informasi tentang situs megalit Pasir Manggu lebih dikenal luas oleh khalayak, sehingga diharapkan mendapatkan perhatian dan pemeliharaan yang lebih baik.

Situs megalit Pasir Manggu meliputi areal sekitar 75 m2 dan membujur utara-selatan. Terletak di sebuah bukit yang dibatasi oleh tebing-tebing terjal terutama di sebelah barat dan selatan. Peninggalan megalitik di situs ini bukan merupakan teras berundak.

Ketika dilakukan penelitian lapangan, tim Puslit Arkenas tidak menemukan pintu masuk ke situs, namun diduga terdapat pada sisi bagian utara atau timur yang mempunyai permukaan tanah lebih landai. Selain itu, tim melaporkan bahwa tidak ditemukan benda-benda lain ketika dilakukan observasi.

Pada bukit Pasir Manggu ini terdapat enam bangunan (struktur) dengan tipe yang sama, yaitu berupa susunan batu-batu kali yang diatur membentuk persegi empat panjang atau bujur sangkar. Deskripsinya sebagai berikut:

Bangunan 1

Bangunan ini berbentuk bujur sangkar, yang setiap sisinya dibatasi oleh batu-batu kali yang diatur berderet dalam keadaan berdiri. Ukuran bangunan ini yaitu 6 x 6 m, terletak di bagian paling utara kompleks Pasir Manggu. Di bagian bangunan terdapat empat buah batu menyerupai umpak, yang ditempatkan dalam posisi simetris terhadap bentuk bangunan.

Bangunan 2

Seperti halnya bangunan pertama, bangunan kedua ini juga terdiri dari susunan batu berbentuk persegi empat panjang yang berorientasi utara-selatan dengan ukuran 17,5 x 6 m. Di bagian dalam bangunan ini tidak ditemukan batu lain. Karena tidak kelihatan adanya teras, maka dalam hal ini sulit untuk menemukan bangunan mana dari kompleks Pasir Manggu ini yang memegang peranan penting dan sebagai pusat pemujaan.

Bangunan 3

Bangunan ini terletak di bagian timur kompleks Pasir Manggu, tidak jauh dari bangunan kedua. Bangunan ketiga ini memiliki bentuk persegi empat panjang yang juga merupakan susunan batu berukuran panjang 10,5 x 4,70 m. Bangunan ini hanya merupakan sebidang tanah seluas 6 m2 yang dibentuk dari susunan batu-batu kali.

Bangunan 4

Bangunan keempat terletak pada bagian selatan kompleks dengan ukuran 10,8 x 10,8 m. Di tengah-tengah bangunan berbentuk bujur sangkar ini terdapat pula bangunan berbentuk bujur sangkar yang lebih kecil berukuran 1,30 x 1,60 m. Penentuan fungsi bangunan kecil yang terletak di tengah-tengah masih sulit. Seperti pada bangunan yang lain, bagian dalam bangunan ini juga memiliki permukaan yang sangat rata.

Jika dilihat dari bentuk peninggalan di situs Pasir Manggu, diduga tempat ini merupakan tempat permusyawaratan dan upacara. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa kalau tempat ini merupakan tempat upacara yang bersifat sakral, maka seperti kebiasaan pada tradisi megalitik, perlu adanya suatu sarana “uborampe” untuk upacara tersebut.

Sarana yang biasa ditemukan pada adat pemujaan tradisi megalitik, seperti batu datar yang dipergunakan untuk penempatan saji-sajian tidak ditemukan di bangunan ini. Empat buah batu datar yang diatur seperti umpak-umpak rumah jelas tidak dipergunakan untuk tempat saji-sajian tetapi lebih cocok untuk dikatakan tempat khusus bagi kepala-kepala adat atau suku.

Orientasi bangunan megalitik di Pasir Manggu seperti juga bangunan berundak Lemah Duhur tidak mengarah ke suatu bukit atau gunung. Pengungkapan arah utara-selatan pada kedua bangunan ini masih sulit diketahui. Bangunan di sini mungkin merupakan ciri khas bangunan tradisi megalitik di Jawa Barat.

Di tempat-tempat lain baik di Jawa Tengah, Jawa Timur dan luar Jawa, jarang ditemukan bangunan tradisi megalitik semacam ini, kecuali di Sulawesi. Tempat pemukiman dan penguburan yang ditemukan di Sulawesi Tengah, juga tidak memiliki bangunan seperti di Pasir Manggu ini.

Tim Puslit Arkenas juga berpendapat bahwa situs Pasir Manggu ini mengherankan, karena bangunan-bangunan di Pasir Manggu terletak pada suatu dataran yang sama dan berdiri sendiri-sendiri, tidak merupakan bangunan berteras. Namun demikian untuk sementara dapatlah dikatakan bahwa tentunya keenam bangunan yang berada di atas bukit ini mempunyai hubungan fungsi antara satu dan lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *