Jujur, saya belum pernah menginjakkan kaki sekalipun di Kampung Adat Miduana, Cianjur. Walaupun bukan yang pertama kali mengetahui informasi tentang kampung ini, tapi mungkin saya salah satu yang menyimpan ingatan tentang informasi adanya kelompok masyarakat adat di Cianjur selatan ini.
Dulu dapat info awal ketika kuliah di Jurusan Bahasa Daerah UPI Bandung, antara 2007-2010. Kalau tidak salah, dari sebuah dokumentasi video langka tentang masyarakat ada di Jawa Barat. Salah satunya tentang Midana. Info ini belum sempat disampaikan kembali ke rekan-rekan di Cianjur.
Saya sering jumpa dengan sahabat seperantauan di Bandung Nanang Jaenudin yang sama-sama orang Cianjur. Bedanya, Kang Nanang mah sekarang jadi dosen di ISBI Bandung, pakar karawitan dan Cianjuran. Kalau saya, masih blusukan setelah di Negara Api menyerang… wkwk.
Dalam beberapa obrolan dengan Nanang sering terselip tentang bagaimana kita berfikir untuk “ngabakti ka lemah cai”, berbakti ke tanah kelahiran Cianjur. Ya di antaranya muncul obrolan-obrolan tentang pemajuan seni dan budaya Cianjur. Kampung Adat Miduana, menjadi salah satu topik yang saya sampaikan dalam diskusi itu. Waktu itu infonya belum ramai seperti sekarang, bahkan mungkin tidak diketahui sama sekali oleh publik Cianjur.
Simpan dulu ceritanya.
Sekitar tahun 2014-2015 saya mengajar bahasa Sunda di SMK – PP Negeri Cianjur. Salah satu muridnya adalah Allwy Azharr, yang berasal dari desa Balegede, di mana kampung Miduana berada. Dalam sebuah percakapan di Facebook, Allwy menyatakan kekhawatirannya terhadap situs Arca Cempalarang yang kurang perhatian dan beberapa benda peninggalan di sekitarnya sudah hilang. Ia selalu mengundang saya untuk berkunjung ke Miduana. Tapi karena satu dan lain hal, hingga sekarang sayangnya saya belum sempat berkunjung.
Popularitas Kampung Adat Miduana semakin muncul. Seingat saya tidak jauh sekitar masa-masa Covid, hingga pada akhirnya Kampung Adat Miduana diresmikan oleh Bupati Cianjur pada 16 Maret 2023. Menurut kabar berita, upaya untuk memperkenalkan kembali Miduana kepada publik diinisiasi oleh Yayasan Lokatmala yang dikelola oleh Wina Rezky Agustina dan Saep Lukman juga didukung oleh Dika Dzikriawan untuk mengemas potensi seni budaya yang ada di dalamnya.
Belakangan, saya bersama Wina Rezky Agustina, Saep Lukman, Dika Dzikriawan dan juga Kang Hendi Jo menjadi satu tim dalam Tim Ahli Cagar Budaya kabupaten Cianjur. Dalam obrolan santai, saya bahas kembali soal Miduana ini, penasaran saja tentang langkah-langkah Yayasan Lokatmala dalam mengangkat komunitas adat ini. (Sedikit throwback, saya, Wina dan Dika, bisa dibilang masih “saudara seperguruan” soal seni-budaya Cianjur di Percéka Art Centre walaupun akhirnya memiliki fokus di bidang masing-masing.)
Kira-kira begini kata Wina tentang lakon awal pengembangan Kampung Adat Miduana:
“Informasi tentang Kampung Adat Miduana awalnya didapat dari Nanang Jaenudin, kemudian dibuatlah program-program untuk mendukung eksistensinya.” Lalu saya bilang, ada juga kenalan saya di Miduana, namanya Allwy Azhar, murid saya waktu di SMKN PP Cianjur. Jawab Teh Wina, “Allwy itu anak dari sesepuh adat Miduana saat ini”.
Nah… ternyata, sambung-menyambung menjadi satu….
Cag,
Ciputat 29 April 2024
Pemerhati sejarah dan budaya Cianjur, pembaca naskah Sunda kuno, pengulik musik tradisi. Pengguna setia Linux.