Tau gak, di Cianjur ada tempat yang bernama Ancol? Iya dong, tidak hanya di Jakarta saja yang punya Ancol. Di Cianjur juga ada loh! Bukan karena namanya saja yang menarik, tetapi juga karena di sini terdapat bangunan-bangunan antik peninggalan bersejarah dengan gaya arsitektur yang unik.
Nah, dalam setiap momen lebaran, saya dan keluarga selalu berkunjung ke Kampung Ancol. Kampung ini tepatnya berada di Desa Maleber, Kecamatan Karangtengah, Cianjur. Di sana tinggal saudara-saudara dari pihak kakak almarhum ayah mertua saya. Pada setiap kunjungan silaturahmi ke kampung ini, saya selalu tertarik dengan rumah-rumah tua bergaya klasik yang masih berdiri di beberapa sudut kampung.
Dari kunjungan lebaran 2024 ini, saya akan bagikan beberapa hal menarik mengenai keberadaan rumah-rumah klasik di Kampung Ancol. Siapa tau, ada kawan peminat sejarah atau arsitektur kuno yang ingin berkunjung dan mengamati keunikannya.
Akses lokasi
Kampung Ancol dapat ditempuh sekitar 15 menit dari pusat kota Cianjur. Lokasinya dilalui oleh Jl. K.H. Opo Mustofa dan sudah cukup dikenal oleh masyarakat sekitar Maleber, juga oleh sopir-sopir angkot. Jadi mudah saja untuk menuju ke lokasi ini. Kalau di Google Maps bisa dicari dengan kata kunci “Kampung Ancol Maleber Cianjur”.
Jika anda menuju Kampung Ancol dari arah utara (kota), maka akses masuknya berada di sebelah kanan jalan. Sebagai penanda akses masuk, terdapat gapura kecil dan jalan berupa gang kecil yang dapat dilalui oleh sepeda motor.
Penelusuran
Kampung Ancol saat ini cukup banyak dipadati rumah-rumah, baik rumah baru dan rumah tua. Rumah tua dapat dibedakan dengan mudah dilihat dari gaya arsitekturnya. Umumnya berupa struktur klasik berbahan kayu dan bilik bambu. Beberapa masih utuh dan terawat, beberapa lainnya kurang terawat, ada pula yang sudah diubah strukturnya, dan ada juga yang hancur.
Untuk memudahkan identifikasi rumah-rumah antik ini, saya berikan kode angka berurutan dimulai dari arah masuk gang sampai ke bagian dalam kampung. Tidak semua rumah klasik saya deskripsikan, tetapi hanya rumah-rumah yang terlihat dari gang yang saya lalui menuju rumah keluarga kakak ayah mertua saya.
Rumah Antik 1
Ketika masuk ke gang melalui gapura kecil, kita langsung disambut oleh sebuah rumah panggung berasitektur klasik. Terbuat dari kombinasi bahan kayu dan bilik anyaman bambu, dengan atap genting tanah liat. Bilik dicat warna putih dengan akses coklat pada list, pintu dan jendela. Pada bagian samping terdapat beberapa jendela kayu dengan bukaan setengah. Bangunan berbentuk leter L dengan bagian depan menghadap ke utara dan bagian lainnya menghadap timur. Jendela pada muka depan sudah menggunakan kaca transparan. Pada halaman depan terdapat lahan tanah yang cukup luas.
Kondisi rumah ini masih cukup baik dan terawat. Selain itu, tampaknya rumah ini masih digunakan ditempati oleh sebuah keluarga untuk keperluan tinggal sehari-hari.
Rumah Antik 2
Agak masuk lagi ke dalam kampung, ditemui sebuah rumah klasik lainnya. Letaknya di antara beberapa rumah lain yang lebih baru dan sebidang tanah kosong berukuran tidak terlalu luas. Jika diamati dari stuktur bangunan asalnya, rumah ini bertipe panggung, tetapi bagian kolongnya sudah ditutup. Dingingnya berbahan bilik bambu berwarna putih, dengan jendela kayu berkelir coklat. Bagian sudut rumah tampak ambruk karena lapuk.
Rumah memanjang berorientasi barat-timur, namun bagian muka atau depan belum dapat diamati. Kemungkinan menghadap ke selatan. Walaupun tampak sudah lapuk, namun pada bagian selatan terlihat ada struktur dinding baru dari bata hebel, sehingga kemungkinan rumah ini masih digunakan untuk tempat tinggal.
Rumah Antik 3
Rumah ini hanya terjeda satu buah rumah baru dari rumah antik 2. Struktur bangunan terbuat dari kayu dengan kombinasi bilik. Tampaknya dinding lebih didominasi bahan papan kayu berwarna coklat kemerahan yang disusun dengan aksen bilik berwarna putih. Letaknya agak tinggi dari jalan gang, dengah arah hadap muka ke utara. Bangunan berbentuk leter L.
Bagian teras rumah sudah disemen, namun pada bagian pondasi masih tampak sisa strukur kolong panggung. Pintu dan jendela berbahan kayu dengan tambahan aksen kaca. Kondisinya kurang terawat, tetapi tampak masih digunakan sebagai rumah tinggal.
Rumah Antik 4
Rumah antik keempat terletak di depan rumah antik 3 dan dapat terlihat jelas dari gang. Di depan rumah ini erdapat pohon jambu air. Struktur bangunan panggung dengan bahan setengah bagian bawah dinding menggunakan papan kayu, dan setengah bagian atas menggunakan bilik bambu. Jendela berbahan kayu dengan bukan tengah. Baik pintu maupun jendela sudah menggunakan kaca. Warna dasarnya putih dengan aksen biru kehijauan tampak sudah sangat pudar. Atap menggunakan genting tanah yang pada beberapa bagian sudah pecah dan lapuk.
Bagian muka depan rumah menghadap ke selatan. Bagian muka ini tampaknya yang masih tersisa, sedangkan bagian tengah dan belakang (utara) tampak sudah terpotong dan dibangun bangunan yang lebih baru berbahan batu bata. Rumah ini, terutama bagian belakang yang lebih baru, masih digunakan sebagai tempat tinggal.
Rumah Antik 5
Rumah kelima yang saya amati letaknya agak jauh ke dalam kampung. Bisa dibilang di bagian ujung kampung ini ada deretan beberapa rumah antik yang masih berdiri. Rumah ini berdiri memanjang dengan orientasi utara-selatan. Struktur pondasi panggung dengan bahan dari papan kayu dan bilik bambu. Atap berbahan genting tanah. Pada halaman rumah terdapat sebidang lahan yang ditanami buah-buahan dan tanaman hias.
Bagian dinding papan berwarna biru dan bilik berwarna putih. Teras dan muka depan rumah menghadap utara. Pintu dan jendela berbahan kayu. Model pola penyusunan papan kayu untuk dinding seperti rumah-rumah yang dijelaskan sebelumnya. Kondisi rumah ini masih terawat dan masih digunakan sebagai tempat tinggal.
Rumah Antik 6
Rumah ini yang menurut saya paling menarik. Letaknya tepat di samping Rumah Antik 5. Jika dibandingkan dengan rumah-rumah klasik lainnya di Kampung Ancol, rumah ini memiliki struktur dinding dan atap bangunan yang paling tinggi. Pondasinya berupa panggung, dan bahan utama dari papan kayu dan bilik bambu.
Rumah memanjang dengan orientasi utara selatan dengan muka depan menghadap utara. Pada halaman rumah terdapat sebidang tanah dengan beberapa pohon dan tanaman hias. Dinding papan kayu berwarna biru dan bilik berwarna putih, sedangkan atap menggunakan genting tanah. Kondisi rumah sudah lapuk di beberapa bagian, namun tampak terawat dan masih digunakan sebagai tempat tinggal.
Hal yang paling menarik dari rumah ini adalah ornamen besi siku atau konsol penyangga kanopi teras depan. Besi penyangga ini memiliki ornamen lenggung bulat yang membentuk ujung sulur tanaman. Jumlahnya ada tiga, dan hanya dipasang pada kanopi depan rumah saja. Ornamen konsol ini yang memberikan nilai tambah bahwa bangunan-bangunan klasik di Kampung Ancol merupakan peninggalan zaman kolonial.
Melihat ornamen konsol penyangga kanopi tadi, saya jadi teringat benda sejenis yang juga digunakan di rumah bersejarah Bumi Ageung Cikidang. Walaupun motif ornamennya berbeda, tetapi idenya serupa, yaitu selain sebagai siku penyangga, juga sebagai ornamen hiasan teras rumah. Lihat perbandingannya di gambar berikut.
Setelah mencari beberapa informasi daring mengenai jenis konsol besi siku penyangga itu, saya menemukan ornamen serupa di blog Antik Pisan dan Loak Antik. Pola ornamennya juga berbentuk sulur dan lengkung.
Menilai dari posisi Rumah Antik 6 ini yang terletak di paling ujung (dalam) Kampung Ancol, juga ukuran tinggi dinding dan keberadaan ornamen besi siku penyangga kanopi, saya menduga rumah ini dulunya merupakan milik atau pernah ditempati oleh orang penting. Paling tidak di Kampung Ancol itu sendiri. Penelusuran riwayat hidup keluarga yang masih menetap tinggal di rumah ini juga tampaknya perlu dilakukan, untuk melihat sejarah keberadaan rumah ini.
Rumah Antik 7
Rumah Antik 7 terletak di depan Rumah Antik 6. Berbentuk memanjang dengan orientasi utara-selatan. Bagian muka depan menghadap selatan. Kondisi bangunan sudah lapun dengan beberapa kerusakan. Struktur panggung namun bagian kolong telah ditutup. Dinding menggunakan bahan papan kayu berwarna hijau tua dengan kombinasi bilik bambu berwarna putih. Bangunan dikelilingi oleh semacam dinding pagar dengan tinggi sekitar 50 cm pada setiap sisinya. Dari pengamatan, pada teras terdapat tumpukan batu bata yang mungkin akan digunakan untuk merenovasi rumah ini. Walaupun tampak kurang terawat, namun rumah ini masih digunakan sebagai tempat tinggal.
Rumah Antik 8
Rumah ini tepat berada di samping rumah antik 7, berjajar dengan rumah antik 9. Modelnya tampak identik dengan rumah antik 7, namun dengan warna papan kayu putih dan aksen warna coklat pada list. Bilik bambu dinding berwarna putih. Jendela sudah diganti dengan bentuk yang lebih baru dan kaca lebar. Pondasi panggung masih dapat diamati walaupun sudah ditutup dengan tembok. Rumah ini juga dikeliling tembok pagar pembatas dengan tinggi sekitar 40 cm. Kondisnya tampak kurang terawat, namun masih digunakan sebagai tempat tinggal.
Rumah Antik 9
Ini adalah rumah antik yang letaknya paling pojok. Seperti rumah antik 7 dan 8, bangunan ini berorientasi utara-selatan, dengan bagian muka menghadap ke selatan. Struktur panggung sudah tidak tampak, dan dinding sudah diganti dengan tembok semen. Jendela dan pintu juga sudah diganti dengan model yang lebih baru. Hanya struktur atapnya saja yang masih tampak belum diubah. Rumah ini juga memiliki dinding pagar pembatas keliling setinggi 40 cm. Kondisinya kurang terawat dan masih digunakan sebagai tempat tinggal.
Denah sebaran rumah
Untuk menuju rumah-rumah tersebut tadi, bisa melalui rute gang berikut ini. Mulai dari gapura sampai ujung gang yang tampaknya buntu. Walaupun dapat dilalui sepeda motor, tapi sebaiknya dilalui dengan berjalan kaki saja. Jarak hingga ujung kampung ini juga tidak terlalu jauh. Jadi, kalau mau hunting foto rumah antik tidak akan terasa lelah.
Penutup
Potensi keberadaan bangunan-bangunan antik di sekitar Desa Maleber Kecamatan Karangtengah Cianjur sesungguhnya masih sangat besar. Di sepanjang jalan menuju Kampung Ancol saja masih bisa ditemukan beberapa rumah antik yang gaya arsitekturnya cukup mencolok. Kondisinya macam-macam, ada yang masih digunakan, dialihfngsikan, atau dipugar sebagian dengan rumah bergaya moderen.
Menarik sekali jika dilakukan penelusuran lebih lanjut terhadap bangunan-bangunan kuno di wilayah ini. Selain itu, tentu harus dibarengi dengan penelusuran informasi literatur atau arsip dari masa Kolonial Hindia Belanda. Apalagi wilayah Maleber ini dilalui rel kereta api Bandung-Cianjur dengan sebuah halte kecil. Boleh jadi, pada masa kolonial dulu, Maleber menjadi tempat pemukiman sebagian warga Belanda dan para ambtenar yang bekerja untuk pemerintah Hindia-Belanda.
Anda tertarik untuk menelusuri rumah-rumah antik di Maleber?
Ciputat, 16 April 2024
Pemerhati sejarah dan budaya Cianjur, pembaca naskah Sunda kuno, pengulik musik tradisi. Pengguna setia Linux.