Tau gak? Selain Situs Bukit Kasur atau Gunung Kasur, ada situs megalit lain di daerah Cipanas loh! Situs ini dikenal dengan nama peninggalan megalit Gunung Putri. Situs Gunung Putri adalah sebuah bukit tinggi yang harus dijangkau melalui jalur berat karena banyak tanjakan, terletak pada ketinggian 1010 meter di atas permukaan laut. Daerah ini terletak di Desa Cikanyere, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.
Situs ini telah diselidiki oleh tim Puslit Arkenas pada tahun 1985. Selain melakukan penelitian langsung di lapangan, tim juga meneliti arsip penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam laporan mereka, Tim Puslit Arkenas mengkaji kembali penelitian Brumund yang mengutip tulisan Muller mengenai Gunung Putri, yang menceritakan kisah rakyat tentang seorang putri raja yang tinggal di atas bukit kecil dan setelah meninggal, ia dibuatkan arca (patung).
“Een Arca, waaraan echter de inlanders den bijnaam van Poetri (Prinses) geven, overeenkomstig de legende, volgens welke dit beeldje een versteende prinses voorstelt, die bij haar leeftijd de kleine berg bewoond, op wiens top het thans staat. Deze berg, Goenoeng Tjipoetri genaamd, ligt een goed klein uur gaans beoosten Tjipanas, links van de postweg, die naar Tjondjoer voert. De gehele hoogte van het beeldje is 0,555 meter, bij de schouders 0,245 meter breed, de breedte van het hoofd is 0,00 meter en dezelfde hoogte 0,122 meter…”
(SAL. Muller, Over eenige oudheden van Java en Sumatra, BK.I 1860: 86).
Terjemahan:
“Sebuah Arca, yang oleh penduduk lokal diberi julukan Poetri (Putri), sesuai dengan legenda, menggambarkan seorang putri yang terpetrifikasi dan tinggal di puncak gunung kecil pada usianya saat ini. Gunung ini, bernama Gunung Tjipoetri, terletak sekitar satu jam perjalanan kaki di sebelah timur Tjipanas, di sebelah kiri jalan pos menuju Tjondjoer. Patung ini memiliki tinggi total 0,555 meter, lebar bahu 0,245 meter, lebar kepala 0,00 meter, dan tinggi kepala yang sama dengan 0,122 meter.”
Situs megalitik di Gunung Putri terletak di tengah lembah dan diapit oleh gunung-gunung tinggi, termasuk Gunung Jabon dan Pasir Beunying di utara serta Gunung Halang, Gunung Geulis, dan Gunung Datar Sanggon di barat. Peninggalan megalitik ini tersebar di puncak bukit yang dipenuhi pohon-pohon besar seperti beringin dan sejenisnya. Meskipun terbuka, situs ini sulit diakses karena ditutupi oleh semak dan rumput tebal, menghambat penelitian muka tanah. Gunung Putri juga kaya akan monolit, dan masyarakat setempat menyebutnya sebagai kompleks batu gong karena batu-batu yang ditemukan dianggap mirip dengan gong.
Apa yang masyarakat sebut sebagai batu gong sebenarnya adalah batu alam yang bulat dengan pinggiran yang sudah mengelupas, sehingga bagian tengahnya menonjol menyerupai gong. Batu ini ditemukan di bawah pohon beringin yang rindang. Saat melakukan penelitian di sekitarnya, ditemukan sisa-sisa tradisi megalitik, termasuk batu datar dan menhir bulat di puncak Gunung Putri yang tinggi. Semua tiga peninggalan ini melibatkan:
Batu datar pertama, yang ditemukan di Gunung Putri sebelah timur laut, memiliki ukuran panjang 196 cm, lebar 75 cm, dan tebal 12 cm. Seperti batu datar lainnya, kemungkinan batu ini digunakan sebagai sarana pemujaan nenek moyang.
Saat ini, batu datar ini telah pecah menjadi 3 bagian, tetapi masih berada dalam posisi aslinya. Yang menarik adalah bahwa batu datar tersebut dikelilingi oleh 14 batu papan kecil. Kelompok batu datar dengan batu-batu balok yang mengelilinginya memiliki ukuran panjang 250 cm dan lebar 180 cm secara keseluruhan (lihat foto).
Orientasinya adalah timur-barat dan menghadap langsung ke arah Gunung Jabon. Brumund menyatakan dalam “Bijdragen tot de kennis van bet Hindoeisme of Java” dalam VBG 8: 86, bahwa di tempat-tempat pemujaan yang menggunakan batu datar atau batu meja seringkali ada patung primitif yang berdiri,
“Op die bergen wijzen nog enige grote, ruwe stenen, die men een versteende tafel en bulzak noemt, de plaatsen aan waar die beelden vroeger stonden.“
Terjemahan:
“Dengan cara tersebut, masih terdapat beberapa batu besar dan kasar, yang disebut sebagai meja dan kantong batu, menandakan lokasi di mana patung-patung itu sebelumnya berdiri.”
Menurut Tim Puslit Arkenas, dari hasil penelitian yang dilaksanakan di berbagai tempat di Indonesia peninggalan batu datar yang disusun seperti ini dapat dikatakan tidak ada.
Batu datar kedua, yang diduga sebagai dolmen, ditemukan di sebelah utara dari batu datar pertama. Batu datar ini telah pecah menjadi dua bagian dengan panjang 220 cm, lebar 144 cm, dan tebal 60 cm (lihat foto). Jenis batu ini termasuk batu papan (slab stone). Sepertinya, batu datar ini memiliki fungsi yang serupa dengan batu datar pertama, dan jelas ada keterkaitan antara keduanya. Terdapat juga sebuah menhir dengan garis tengah 35 cm dan panjang 45 cm yang disebut sebagai batu kandang oleh penduduk setempat, yang masih berdiri di dekat batu datar ini.
Batu datar ketiga, yang terletak tidak jauh dari batu datar kedua, sekitar 4 meter di sebelah tenggara, tampaknya ditopang oleh batu-batu lain. Batu datar ini menyerupai dolmen di daerah Lampung, memiliki panjang 110 cm dan lebar 85 cm. Dua buah batu penyangganya terlihat dengan jelas. Dapat diungkapkan bahwa ketiga batu datar yang ditemukan di lokasi ini memiliki keterkaitan satu sama lain, terkait dengan aktivitas pemujaan yang dilakukan di Bukit Putri.
Di sekitar batu-batu datar terdapat banyak monolit yang tersebar tidak teratur. Para leluhur yang mendukung tradisi megalitik sepertinya menggunakan batu-batu besar di Gunung Putri sebagai sarana dalam upacara pemujaan, sehingga tidak sulit untuk mendapatkan bahan karena sudah tersedia di puncak gunung yang dianggap suci. Metode ini mirip dengan cara pembangunan bertingkat di Gunung Padang.
Peninggalan tradisi megalitik di Kecamatan Pacet semuanya terletak di atas bukit yang sulit dijangkau karena harus ditempuh dengan berjalan kaki menanjak dan cukup tinggi. Semua situs di sini diperuntukkan untuk kegiatan pemujaan (ceremonial site). Mengenai tanda-tanda adanya penguburan, masih memerlukan penelitian lebih lanjut, seperti dengan melakukan pengecekan (lubang uji) di bawah batu kasur.
Setelah menggali temuan tim Puslit Arkenas, pikiran saya melayang pada satu pertanyaan menarik: di mana arca putri yang konon menjadi inspirasi nama Gunung Putri itu berada? Apakah ia masih berdiam di tempat asalnya atau mungkin telah dipindahkan ke Museum Nasional? Keberadaannya menjadi misteri yang memikat.
Tertarik untuk menjelajah?
Pemerhati sejarah dan budaya Cianjur, pembaca naskah Sunda kuno, pengulik musik tradisi. Pengguna setia Linux.