Kabar besar datang di hari yang sama dengan kegiatan pertemuan umum Parindra di Cianjur 1939. Setelah masyarakat Cianjur mendengarkan ide-ide dari tokoh-tokoh Parindra dalam acara Openbaar Vergadering, tepatnya pada 26 Maret 1939 di Roxy Theater, mereka beralih ke sekolah Al-Muawanah. Di sekolah tersebut, digelar tabligh akbar oleh cabang Cianjur dari Al-Ittihadiyatul Islamiyah (AII).
Al-Ittihadiyatul Islamiyah (AII) adalah Organisasi yang didirikan oleh para murid KH Ahmad Sanusi, yang mengirimkan kabar pendirian AII kepada KH Ahmad Sanusi di Batavia, tempat ia tengah berkumpul. Pemimpin utama organisasi ini adalah KH Ahmad Sanusi, dan markasnya terletak di Batavia. AII telah menyelenggarakan kongres (Mu’tamar) sebanyak lima kali. Pada Kongres AII ke-IV, Cianjur menjadi tuan rumah, dan kongres tersebut berlangsung pada tanggal 24-29 Desember 1940.
Pemberitaan dalam majalah Al-Moemin terbitan 2 April 1939, edisi tahun 08 No. 13 dalam bahasa Sunda menggambarkan kedudukan penting kota Cianjur dalam pergerakan keislaman tersebut. Seperti yang diberitakan waktu itu, bahwa antusias masyarakat yang hadir luar biasa, walaupun di tengah hari yang terik, sekolah penuh berjejal, meluber hingga ke pekarangan sekolah. Hal ini mungkin dikarenakan kehadiran ajengan Sanoesi yang terkenal sebagai ajengan TjanTjan, yang batu mendapatkan izin keluar dari daerah Sukabumi.
Pukul satu tabligh akbar dimulai dengan pembacaan ayat Al-Quran. Dilanjutkan oleh ajengan Abdoerrahim voorzitter HB AAI menerangkan azas AII, kemudian diteruskan oleh ajengan Ahmad Zarkasi, yang membahas persatuan. Terakhir ditutup oleh pidato dari Ahmad Sanoesi, dengan intinya sebagai berikut:
“Islam adalah pengajaran untuk orang yang memiliki akal, sangat salah jika manusia yang memiliki akal hendak mengambil kesenangan dunia saja, lantaran begini: ciptaan Allah s.w.t. di alam dunia sangatlah banyak, seperti hewan, pepohonan dan gunung-gunung, kemudian itu semua oleh Allah ditanya, apakah mereka menginginkan diberikan akal dengan syarat-syaratnya, yaitu harus menuruti segala perintahnya dan harus menjauhi larangannya; jika taat maka mendapatkan pahala, jika sebaliknya maka akan mendapatkan neraka. Hewan, pohon dan gunung itu tidak menyanggupinya, kemudian diberikanlah kepada manusia. Bagaimanakah panasnya api neraka? Api dunia itu hanya 1/70 % panasnya api neraka.
Keislaman itu mendidik batin dan lahir manusia, untuk mendidik batinnya manusia harus memiliki tekad seperti petunjuk dalam Qur’an dan Hadis dengan mengikuti tafsir yang mu’tamad, karya ulama-ulama Islam yang telah diakui keabsahannya oleh dunia Islam. Keislaman mendidik sebangsa lahir, manusia itu harus memiliki persatuan, memliki ilmu, maju dalam pertanian, pertukangan (industri) dan ekonomi”
Demikianlah yang disampaikan oleh Ahmad Sanoesi dalam pidatonya di Cianjur.
Pemerhati sejarah dan budaya Cianjur, pembaca naskah Sunda kuno, pengulik musik tradisi. Pengguna setia Linux.