Peninggalan Megalit Pasir Pogor, Mande Cianjur

Situs megalit di Cianjur bukan hanya Gunung Padang loh!

Ada juga situs megalit Pasir Pogor yang berlokasi di Desa Cikidang, Kecamatan Mande. Penelitian terhadap situs ini pernah dilakukan oleh tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) tahun 1985. Hasil penelitian yang berjudul Peninggalan Tradisi Megalitik di Daerah Cianjur, Jawa Barat itu mencatat deskripsi situs Pasir Pogor cukup rinci dengan dokumentasi foto.

Laporan penelitian tersebut kemudian menjadi dasar kajian untuk menetapkan situs Pasir Pogor sebagai salah satu cagar budaya di kabupaten Cianjur. Situs Pasir Pogor ditetapkan sebagai situs cagar budaya Kabupaten Cianjur dengan Keputusan Bupati Cianjur Nomor 431/398.b/Disbudpar/2010.

Baca juga: Objek Cagar Budaya di Kabupaten Cianjur

Dengan demikian, statusnya sekarang dilindungi oleh pemerintah. Walau demikian, tampaknya belum ada peninjauan kembali terhadap kondisi situs ini dalam beberapa tahun belakangan. Apakah masih terjaga atau sudah ada perubahan?

Deskripsi tentang situs Pasir Pogor ini mungkin dapat menjadi petunjuk bagi kawan-kawan komunitas yang ingin mejelajah situs-situs peninggalan purbakala di Cianjur. Yuk simak selengkapnya!

Situs Pasir Pogor terletak pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut. Letaknya berada di sebelah kanan jalan kecil Mande-Cikidang, yaitu berupa sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi. Wujudnya berbentuk gundukan batu kali yang berukuran panjang 350 cm dan lebar 250 cm, serta terletak pada sebuah kebun karet di bawah dua pohon besar. Objek berorientasi timur barat.

Situs punden Pasir Pogor “Makam Eyang Banten” (Puslit Arkenas, 1985)

Dari informasi yang didapatkan oleh Puslit Arkenas dari seorang penduduk sekitar tempat ini, dahulu ditemukan arca primitif bentuk kecil yang pada waktu itu (1985) disimpan oleh salah seorang penduduk. Namun demikian ketika tim Puslit Arkenas mengecek batu tersebut, ternyata hanyalah merupakan batu alam yang karena aus di beberapa bagian, maka terbentuk kontur yang seolah-olah seperti buatan manusia.

Dalam laporan yang sama, Puslit Arkenas mendapatkan keterangan dari pejabat kampung (carik), bahwa di sebelah utara susunan batu berbentuk makam yang oleh penduduk biasa disebut sebagai “Makam Eyang Banten” dahulu pernah ditemukan sebuah lumpang batu kecil. Lumpang itu berukuran 25 cm dan tebal 20 cm. Namun sayang, tim peneliti tidak berhasil menemukan objek tersebut.

Di sekitar susunan batu kali yang menggunduk ditemukan tiga buah batu tegal kecil. Di tempat itu tim juga menemukan makam-makam baru yang juga dibuat dari batu kali. Hal ini menjadi pertanyaan bagi tim, apakah yang disebut sebagai “Makam Eyang Banten” ini memang makam atau bukan. Tiga buah menhir yang ditemukan pada Makam Eyang Banten rata-rata berukuran 35-45 cm, dengan garis tengah antara 20-35 cm.

Nah, dari deskripsi yang diberikan oleh tim Puslit Arkenas itu, cukup menarik untuk ditelusuri kembali di lokasi. Mengingat cukup banyak bentuk-bentuk struktur serupa makam, yang mungkin juga bukan makam, tetapi punden berundak. Punden-punden berundak kecil ini sering disalahartikan oleh masyarakat awam sebagai makam. Tentu dengan kisah semi-sejarah dan supernatural oleh penjaganya dan oleh masyarakat sekitar.

Tertarik untuk menelusuri jejak peradaban purbakala di situs Pasir Pogor ini?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *