Astramanggala, Bupati Cianjur Kedua Tidak Pernah Bergelar Tumenggung

Salah satu keterangan mengenai masa pemerintahan Astramanggala tercatat dalam buku Priangan jilid I halaman 170 yang disusun oleh De Haan (1911). Menurut catatan De Haan, Astramanggala menjadi bupati Cianjur kedua dari tahun 1707 – 1726. Namun dalam catatan Bayu Suryaningrat (1982) halaman 86 disebutkan bahwa Raden Astramanggala adalah bupati Cianjur ketiga dengan gelar Raden Aria Wiratanu III. Sedangkan, bupati keduanya adalah Wiramanggala.

Terkait tahun-tahun pemerintahan bupati Cianjur memang agak memusingkan. Sehingga, tampaknya perlu dibuat perbandingan sumber-sumber yang tersedia terkait masa pemerintahan bupati Cianjur ini. Dalam tulisan ini saya mencoba mengulas kembali catatan yang disusun oleh De Haan pada bagian halaman tersebut terlebih dahulu.

Astramanggala diangkat sebagai bupati berdasarkan resolusi tanggal 12 April 1707 dengan gelar Aria Wiratanu (ejaan lama Aria Wiratanoe). Nama gelar tersebut kemudian muncul juga dalam dokumen-dokumen pada tahun-tahun berikutnya, antara lain dalam D. 12 Juli 1715, H. 16 Januari 1723, D. 12 November 1723 dan dokumen lainnya; juga muncul dengan nama Kiai Aria Wiratanu, misalnya dalam dokumen R. 19 September 1722, 18 Februari 1724, dan H. 24 Agustus 1723.

Priangan jilid I (De Haan, 1911:170)

Ada satu hal yang menarik menurut De Haan, yaitu ditemukan fakta bahwa ia disebut sebagai “Tommagon Aria W. T.” maksudnya “Tumenggung Aria Wiratanu” dalam dagregister tanggal 12 Juli 1718. Menurut De Haan, sebutan “Tumenggung” itu sudah sangat umum digunakan untuk bupati, namun Astramanggala dalam catatat itu disebutkan tidak pernah mencapai gelar Tumenggung (den titel Toemenggoeng heeft hij nooit erlangd).

Dat hij R. 12 Juli 1718 „de Tommagon Aria W. T.” heet, is alleen mogelijk doordat „Tommagon” vaak voor Regenten in ’t algemeen werd gebruikt; den titel Toemenggoeng heeft hij nooit erlangd,

Priangan jilid I (De Haan, 1911:170)

Hal yang mencolok dari sosok Astramanggala terlihat dari kontribusi signifikanya dalam ekspansi budidaya kopi di Priangan, di mana dia mendapatkan jumlah produksi yang cukup besar dan dengan bakat besar, berhasil memperluas wilayahnya secara luar biasa, sehingga memiliki suatu nilai kebanggaan tersendiri.

De Haan juga menekankan bahwa Pemerintah VOC, pada register tanggal 29 September 1725, pernah menolak permintaan izin dari Astramanggala untuk memberangkatkan putranya ke Arab. Walau permintaannya ditolak, namun hal ini menunjukkan bahwa selama masa bupati ini telah mengakar kesalehan yang kuat di lingkungan keluarga dalem.

…wijst er op dat reeds tijdens dezen ouden Regent de vroomheid haar zetel in de dalem had opgeslagen

Priangan jilid I (De Haan, 1911:170)

Indikasi penggunaan kata “kesalehan” (vroomheid) yang disebutkan oleh De Haan dan permohonan izin ke Arab dapat ditafsirkan bahwa Astramanggala kemungkinan besar berniat untuk memberangkatkan putranya untuk menunaikan haji atau belajar ilmu Islam di tanah Arab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *