Berkunjung ke Situs Purbakala Cipari Kuningan, Jawa Barat

Di sela-sela tugas monitoring tim digitalisasi DREAMSEA untuk manuskrip koleksi Paseban Tri Panca Tunggal, di Kuningan Jawa Barat (Oktober 2021), saya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke situs purbakala Cipari. Situs ini merupakan kompleks budaya megalit dengan beberapa ciri arsitektur yang menunjukkan sebagai semacam tempat pemujaan. Selain itu juga di situs ini ada dua buah kubur batu.

Ini adalah kunjungan saya yang pertama kali, padahal sebelumnya sudah cukup sering membaca dan mengenal situs Cipari dari berbagai sumber tulisan maupun berita. Saya merasa cukup beruntung mendapatkan kesempatan ini. Waktu itu saya tidak sendirian, tetapi diantar oleh Kang Tedi Permadi, bersama Kang Nida, dan Mas Taufik.

Lokasi Situs Purbakala Cipari dari Google Earth (klik gambar untuk melihat lebih jelas)

Jaraknya tidak terlalu jauh dari Paseban Tri Panca Tunggal yang masih berada dalam satu kawasan desa Cigugur. Dari Paseban lokasi situs dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit perjalanan menggunakan mobil. Letaknya ternyata tidak sulit untuk dijangkau, malah sangat mudah, karena berada di jalan raya utama Cirebon-Ciamis via Kuningan.

Saya tidak akan menjelaskan secara detail tentang riwayat dan deskripsi situs ini, karena saya kira sudah banyak tersedia di internet maupun artikel-artikel ilmiah yang telah terbit. Tapi, saya akan memberikan informasi mengenai kesan dan beberapa hal yang saya kira cukup menarik ketika berkunjung ke situs ini.

Waktu itu kami tiba agak sore dan disambut dengan hujan yang cukup deras, sehingga harus berteduh dulu di saung kecil di depan pagar situs, tepat di samping bangunan museum. Museum ini tampaknya baru, tetapi tidak ada isinya. Kondisinya sudah mulai rusak pada beberapa bagian karena mungkin kurang terawat ya.

Pagar pembatas area situs cukup tinggi, mungkin sekitar dua meter lebih yang tersusun dari batuan. Pagar batu ini mengelilingi seluruh area situs, jadi agak susah kalau ingin mengintip langsung area dalam dari pagar ini. Di bagian depan pintu utama ada dua gundukan batu yang cukup tinggi dan di puncaknya terdapat batu yang menyerupai menhir. Ini sepertinya dibangun belakangan saat penataan situs yang dimaksudkan sebagai penanda “gapura” masuk ke dalam situs.

Setelah beberapa lama menunggu hujan mereda, akhirnya kami bisa masuk ke dalam areal situs. Walaupun masih sedikit rintik-rintik, saya tidak mau ketinggalan mengambil dokumentasi dalam kesempatan yang singkat itu. Karena habis hujan, jadi suasananya terasa lebih sejuk dan terasa segar. Apalagi lokasi situsnya memang berada di perbukitan yang cukup tinggi di kaki gunung Ciremai.

Ketika masuk, subhanallah, saya langsung berdecak kagum atas karya orang-orang yang dulu pernah membuat ini. Susunan batuan dengan berbagai bentuk dan ukuran diatur secara rapi dan tentunya memiliki makna-makna tertentu. Terlihat lanskap dua buah gundukan atau undakan batu yang di atasnya terletak menhir berukuran besar dan sebuah altar. Dari keberadaan menhir sebagai sarana pemujaan, jelas situs ini merupakan tempat yang dibuat untuk tujuan religi dan ritual kuno.

Di dalam areal situs ternyata terdapat sebuah bangunan cukup besar yang merupakan museum. Di dalam museum ini disimpan berbagai peninggalan yang telah ditemukan di situs Cipari ketika dilakukan ekskavasi dan penelitian. Kondisi museum cukup terawat, tetapi sayang, waktu itu museum sedang tutup. Jadi, kami tidak bisa melihat koleksi yang tersimpan di dalamnya.

Situs Cipari ini sudah menjadi objek wisata budaya yang populer di Kuningan, bahkan di Jawa Barat. Untuk pengembangan situs ini sebagai objek wisata terpadu tampak dibuat beberapa bangunan paviliun atau rumah panggung kayu yang mungkin ditujukan untuk penginapan. Kondisinya waktu itu sudah mulai lapuk pada bagian atapnya dan kurang terurus. Sayang sekali ya.

Bangunan rumah kayu ini menghadap tepat ke dalam area situs, sehingga menyediakan pemandangan epik dari peninggalan purbakala yang mega ini. Tepatnya, sih, menghadap ke dua buah peti kubur batu (sarkofagus) purba. Hmm, apakah ini yang menjadikan suasana bangunan ini agak ngeri-ngeri sedap ya?

Bicara tentang sarkofagus purba, di situs ini ditemukan dua buah yang masih berisi sisa-sisa kerangka manusia purba yang dikubur di dalamnya. Bagian-bagian tulangnya sekarang tersimpan di dalam bangunan museum. Selain kerangka, di areal penguburan juga terdapat sisa-sisa bekal kubur kuno. Benda-benda lain yang ditemukan di areal situs Cipari secara umum lainnya yaitu gerabah berupa cawan, kendi, kekeb, gelang dan manik-manik. Makanya, oleh para peneliti situs ini tidak hanya dianggap sebagai sebuah sarana ritual saja, tetapi juga diperkirakan sebagai salah satu pemukiman kuno.

Hari semakin gelap dan mendung terus merundung. Saya tak henti-hentinya merenungkan hikmah apa yang bisa diambil dari kunjungan ke situs ini. Ya, situs ini tidak dibuat oleh orang yang sedikit, tetapi tentu jumlahnya banyak dan tidak dibangun maupun digunakan dalam waktu singkat. Apa yang menjadi motivasi orang-orang purba untuk membangun ini?

Hikmah yang bisa saya petik yaitu bahwa pada masa lalu orang-orang telah memiliki rasa kebersamaan (kolektif) yang sangat tinggi. Mereka bergotong-royong membangun tempat ini dengan asa bersama dalam satu tujuan. Tentu bukan hanya tujuan keindahan yang tersurat pada rancangan arsitekturnya saja, tapi lebih dari itu. Secara batiniah mereka menyadari akan keberadaan dzat yang lebih memiliki kuasa dari diri mereka sebagai insan. Ini adalah ekspresi yang mampu mereka hadirkan untuk mengisi kebutuhan batiniahnya. Lalu, bagaimana dengan kita?…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *