Mungkin di antara pembaca sekalian selama ini tidak sedikit yang bertanya-tanya “Ada gak sih pedoman ejaan untuk bahasa Sunda?”. Jawabannya: Ada. Buku ini berjudul Palanggeran Éjahan Basa Sunda yang disusun oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Pertama kali diterbitkan tahun 1989 oleh penerbit Rahmat Cijulang, cetakan kedua pada tahun 1990 dan ketiga pada tahun 1992 juga diterbitkan oleh Rahmat Cijulang. Cetakan keempat edisi revisi tahun 2008, barulah diterbitkan oleh Sonagar Press. Dalam tulisan ini saya akan ulas edisi revisi tahun 2008.
Latar belakang di balik penyusuran pedoman ini cukup menarik, seperti yang tersurat dalam pengantar dari Tim Penyusun maupun Tim Revisi. Pada dasarnya penyusunan pedoman ini diperlukan untuk menyesuaikan perkembangan bahasa Sunda serta memiliki kesepadanan dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, demikian disampaikan oleh tim penyusun:
“Patali jeung mekarna basa tulisan, kiwari karasa pisan perluna aya palanggeran éjahan basa Sunda, sarta babad wandana jeung éjahan basa Indonésia minangka basa Nasional” (hal. i)
Pedoman ejaan bahasa Sunda sebelumnya sudah pernah terbit yaitu Pedoman Umum Ejaan Basa Sunda yang Disempurnakan terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa tahun 1977. Namun demikian, pedoman tersebut dirasa kurang lengkap dan memadai. Oleh karena itu pada tanggal 29 Desember 1987 Jurusan Basa jeung Sastra Sunda FPBS IKIP Bandung memprakarsai upaya perbaikan ejaan bahasa Sunda melalui “Seminar Ejahan Basa Sunda” yang pada waktu itu diikuti oleh guru-guru, perwakilan DPRD Provinsi Jawa Barat, pengarang, wartawan, serta para ahli bahasa Sunda, perwakilan LBSS (Lembaga Basa jeung Sastra Sunda), dan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Seminar tersebut pada akhirnya mendorong agar naskah “Palanggeran Éjahan Basa Sunda” yang disusun dan disajikan oleh panitia, setelah diperbaiki sesuai dengan saran-saran yang disampaikan oleh para peserta seminar, agar dicetak dan disebarkan kepada masyarakat. Pada tanggal 19-23 Januari tahun 1988 kebetulan diselenggarakan Kongrés Basa Sunda 1988. Dalam kongres ini ejaan bahasa Sunda kembali dibahas. Jurusan Pendidikan Basa jeung Sastra Sunda FPBS IKIP diminta untuk menyusun makalah mengenai ejaan bahasa Sunda yang kemudian disajikan pada kongres tersebut. Akhir dari kongres ini pun mendukung agar “Palanggeran Éjahan Basa Sunda” segera dicetak dan disebarkan kepada masyarakat.
Naskah yang telah digodog dalam seminar dan kongres itu kemudian diperbaiki kembali oleh sebuah tim dari Jurusan Pendidikan Basa jeung Sastra Sunda FPBS IKIP Bandung, yang terdiri dari Drs. H. Abud Prawirasumantri, Drs. Agus Suriamiharja, M.Pd., Drs. Iskandarwassid, M.Pd., Drs. H. Kosim Kardana, beserta Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat, hingga akhirnya terbit menjadi sebuah buku tahun 1988.
Dalam pengantar edisi revisi (hal. vi), Tim Revisi menyampaikan bahwa buku Palanggeran Éjahan Basa Sunda yang telah terbit tahun 1988 itu rupa-rupanya masih memiliki beberapa hal yang dianggap kurang. Maka pada tahun 2004 Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah (Sunda) UPI kembali memperbaiki dan melengkapi bagian-bagian yang dianggap perlu dan penting dalam pedoman tersebut. Tim revisi tahun 2004 ini terdiri dari Drs. H. Abud Prawirasumantri, Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd., Drs. H. Kosim Kardana, Drs. Usep Kuswari, M.Pd., dan Drs. Dingding Haerudin M.Pd.
Pengantar lain yang termuat dalam buku ini disampaikan oleh Lembaga Basa jeung Sastra Sunda (LBSS) (hal. v-vi). Lembaga ini mendukung penerbitan buku Palanggeran Éjahan Basa Sunda sebagai upaya untuk melengkapi pedoman ejaan yang telah terbit sebelumnya. Hal ini tentu merupakan kelanjutan dari jalan panjang penyusunan ejaan bahasa Sunda yang juga telah dirintis oleh LBSS melalui Kongres Basa Sunda IV tahun 1959. Dalam kongres terebut ditetapkan “Ejahan Basa Sunda ku Aksara Laten”, yang menentukan ciri fonem é (téléng) dengan tanda diakritik (‘) untuk membedakan dengan fonem e (pepet). Ejaan LBSS tersebut mulai disebarkan pada tahun 1961 dan digunakan sebagai pedoman di sekolah-sekolah dan perguruan lain serta masyarakat di seluruh tatar Sunda.
Pada lokakarya ejaan bahasa Sunda yang diselenggarakan oleh Lembaga Bahasa Nasional (LBN) tahun 1972 di Bandung, yang dilanjutkan dengan Lokakarya Ejahan Bahasa Daerah (Bali, Jawa, Sunda) LBN 1972 di Jakarta, LBSS juga pernah memberikan konsep “Ejahan Basa Sunda anu Diluyukeun kana EYD” (Ejaan bahasa Sunda yang disesuaikan dengan EYD). Hasil lokakarya tersebut yaitu “Ejahan Bahasa Bali, Jawa, dan Sunda yang disempurnakan”, yang kemudian diresmikan atau disahkan oleh pemerintah melalui SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 18 Maret 1974 No. 070/U/1974. Lalu pada tahun 1977 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Sunda yang Disempurnakan” (Ejahan Bahasa Sunda EYD), yang malah kurang digunakan sebagai acuan.
Buku ini ditulis seluruhnya dalam bahasa Sunda dengan huruf Latin. Ragam bahasa Sunda yang digunakan yaitu loma, bukan lemes (halus) atau hormat (Tentang ragam bahasa loma akan saya tulis dalam artikel lain). Dari segi isi terbilang padat dengan hanya menyajikan 46 halaman isi + viii. Isinya terdiri dari lima bagian sebagai berikut:
I. Makéna Aksara / penggunaan aksara
A. Abjad
B. Vokal
C. Konsonan
D. Engang / suku kata
II. Nuliskeun Aksara / penulisan aksara
A. Aksara Gedé (kapita)
B. Aksara Condong / huruf miring
III. Nuliskeun Kecap / penulisan kata
A. Kecap asal / kata asal
B. Kecap rundayan / kata jadian
C. Kecap rajékan / kata ulang
D. Kecap kantétan / kata majemuk
E. Gabungan kecap / gabungan kata
F. Kecap sulur
G. Kecap pangantét / kata depan
H. Angka jeung lambang bilangan / angka dan lambang bilangan
IV. Cara Nulis Unsur Serepan / cara menulis unsur serapan
V. Tanda Baca
A. Tanda titik (.)
B. Tanda koma (,)
C. Tanda titik koma (;)
D. Tanda titik dua (:)
E. Tanda geret (-) / tanda hubung
F. Tanda pisah (—)
G. Tanda élipsis (…)
H. Tanda tanya (?)
I. Tanda panyeluk (?) / tanda seru
J. Tanda kurung ((…))
K. Tanda kurung siku ([ ])
L. Tanda kekenteng (“…”) / tanda kutip
M. Tanda kekenteng tunggal (‘…’) / tanda petik
N. Tanda gurat condong (/) / garis miring
O. Tanda panyingget (apostrof) (‘) / tanda penyingkat
Secara umum Palanggeran Éjahan Basa Sunda memiliki keselarasan dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) Bahasa Indonesia pada beberapa bagian. Namun, tentu saja porsi dari kaidah-kaidah khusus dalam bahasa Sunda lebih banyak. Buku Palanggeran Éjahan Basa Sunda sampai saat ini menjadi acuan standar yang digunakan secara luas, bukan hanya di lingkungan pendidikan, tetapi juga digunakan untuk penerbitan buku-buku berbahasa Sunda, majalah, dan bidang lain yang menggunakan bahasa Sunda.
Sayangnya, ada juga beberapa pihak yang berkepentingan dengan bahasa Sunda (penerbit, penerjemah, editor, guru dll.) yang masih belum mengetahui adanya pedoman ejaan bahasa Sunda ini. Walhasil, bahasa Sunda yang dihasilkannya “ambyar”. Maka, paling tidak, tulisan ini bisa memberikan sedikit gambaran mengenai ejaan bahasa Sunda yang berlaku saat ini.
Lalu, di mana kita bisa mendapatkan buku ini? Buku edisi tahun 2008 ini sudah tidak dicetak ulang, tetapi telah diganti dengan edisi revisi II yang terbit tahun 2017. Saya lihat buku Palanggeran Éjahan Basa Sunda Édisi Révisi II tersedia di website-nya UPI Press. Silakan langsung saja pesan ke tokonya ya.
http://upipress.upi.edu/produk/buku_detail/135/PALANGGERAN_%C3%89JAHAN_BASA_SUNDA_
Pemerhati sejarah dan budaya Cianjur, pembaca naskah Sunda kuno, pengulik musik tradisi. Pengguna setia Linux.
Buku “Palanggeran Èjahan Basa Sunda” kalintang diperyogikeunana kanggo warga masyarakat Sunda. Kantenan kanggo para guru nu ngajar di lembaga atikan/sakola. Kantenan seueur kènèh urang Sunda nu teu apal atanapi teu nganggo basa Sunda.
Anèhna, buku ieu kirang dipikawanoh ku balarea. Kalebet sim kuring, nembé terang.
Pamugi buku Palanggeran Ejahan Basa Sunda tiasa langkung disosialisakeun k para guru di sakola.