Membaca Prasasti Aksara Kawi di Situs Selomangleng, Kediri

Tim FGD Pra Kongres Aksara Kawi (foto: Arief Priyono)

Dalam rangkaian akhir kegiatan FGD Pra-Kongres Aksara Kawi di Kediri (14/11/21) lalu, saya kembali berkesempatan mengunjungi Museum Airlangga dan situs Gua Selomangleng. Ini adalah kunjungan kali kedua setelah pada tahun 2014 sempat mengunjungi situs ini dalam field trip kegiatan Kursus Intensif Internasional Bahasa Jawa Kuno di Trawas, Mojokerto.

Di situs gua batu Selomangleng terdapat inskripsi aksara Kawi pada permukaan depan gua, tapi sayang tulisannya sudah sangat aus, sehingga sangat sulit dibaca. Bahkan rekonstruksi setiap karakter aksara juga sulit untuk dilakukan. Menariknya, menurut salah satu warga yang sempat saya ajak ngobrol, tulisan itu bukan aus. “Awalnya gak keliahtan, justru makin lama makin kelihatan.” katanya. Kok bisa ya? Itu mungkin kepercayaan setempat saja, atau benar-benar terjadi? Hmm.

Jika diamati, tulisan pada permukaan gua berupa satu baris aksara yang memiliki ciri-ciri aksara Kawi Kuadrat. Aksara yang khas era kerajaan Kadiri. Beberapa tanda sandangan atau vokalisasi masih bisa terlihat antara lain wulu, pepet, repha . Aksara konsonan dan pasangan beberapa masih tampak, walaupun sulit untuk direkonstruksi.

Baris tulisan pada bagian depan gua Selomangleng
Penampakan tanda pepet, wulu, wulu, & repha

Di bagian bawah gua, dekat tangga masuk kuno terdapat pilar yang tampaknya telah patah menjadi dua bagian. Ini bisa terlihat dari bekas patahan di kedua bagian pilar yang simetris. Pilar ini kemudian ditempatkan ulang belakangan seolah-olah seperti dua buah tiang gapura, sehingga separuh bagian atas pilar disimpan terbalik. Pada bagian yang terbalik ini terdapat inskripsi beraksara Kawi berupa angka. Untuk membacanya harus dilihat dengan membalikkan kembali 180 derajat.

Angka Kawi setelah dibalik 180 derajat

Pembacaan saya di lokasi untuk angka yang tertera pada pilar yaitu 1353 dalam tahun Saka. Saya belum sempat membaca referensi lain tentang pembacaan angka tahun untuk inskripsi tersebut. Jadi, mungkin perlu dikoreksi jika hasil pembacaan saya kurang tepat.

Bergeser ke arah bawah, tidak jauh dari gua Selomangleng terdapat Museum Airlangga yang menyimpan ratusan koleksi peninggalan masa Kadiri dan sekitarnya berupa prasasti, arca, lingga, tembikar dan lain-lain. Salah satu koleksi yang cukup menarik yaitu sebuah Jambangan Batu yang disimpan di tengah galeri. Jambangan ini kemungkinan besar merupakan sebuah tempat air suci yang digunakan untuk ritual penyucian diri. Perkiraan demikian didapatkan dengan dengan melihat ornamen padma atau teratai yang digunakan di sekeliling permukaannya, ditambah simbol bulan dan kala, serta inskripsi kronogram atau sengkalan di salah satu sisinya.

Jambangan Batu berinskripsi koleksi Museum Airlangga

Saya dan kawan-kawan tim FGD Pra-Kongres Aksara Kawi mencoba untuk membaca aksara Kawi yang ada pada jambangan ini. Kronogram yang tampak cukup jelas ini masih terbaca dan bisa direkonstruksi. Dari pengamatan langsung ada empat segmen aksara yang berupa kata yaitu śūnyaṁ (0); sāgara (4); nirmala (0); śaśī (1). Dengan demikian didapatkan angka 0401 yang dibaca terbalik dari kanan ke kiri, yaitu 1040 Saka.

Empat segmen kata: śūnyaṁ (0); sāgara (4); nirmalaṁ (0); śaśī (1)

Pembacaan ini bukan tanpa kekurangan, boleh jadi ada kesalahan atau kekurangtepatan akibat beberapa garis aksara yang aus. Misalnya sandangan cecak pada kata śūnyaṁ apakah perlu dibaca, ataukah garis yang tidak sengaja dibuat? Tentu diperlukan rujuk silang dengan kajian yang telah dilakukan untuk memastikan bacaan yang lebih tepat. Nah, jika anda punya pendapat lain atau sumber lain yang bisa dirujuk silang, silakan berikan komentar ya.

Catatan: Seluruh foto dalam artikel ini dibuat oleh Ilham Nurwansah dengan lisensi CC-BY-SA, kecuali dinyatakan lain dalam keterangannya.

One comment

  1. Perlu adanya team ahli yg bisa memberikan penjelasan tentang tulisan tersebut biar lebih sempurna , dan bisa di pelajari buat generasi milenial, karena tulisan tersebut bentuk dari peninggalan nenek moyang qta yg sangat berharga .
    Karena dia qta ada , jng lupakan SEJARAH .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *