Negori Tjiandjoer doeloe dan Cianjur sekarang

“Melacak Rumah Tumenggung”

Kita bahas sedikit-sedikit apa yang ada di gambar ini. Saya mulai dengan huruf D di peta Cianjur tahun 1906 yang diusahakan oleh De Haan. Pada legenda disebutkan bahwa huruf “D Woning van der Toemenggoeng” artinya ‘Rumah Tumenggung’. Pertanyaannya, di manakah posisinya sekarang?

Peta Cianjur 1906 (Sumber: ANRI)
Peta Cianjur modern (sumber: Google Maps)

Di peta lama tanda-tandanya masih sedikit, tetapi jelas letaknya berada di Jalan Siliwangi, kira-kira di tengah antara jalan Siti Jenab dan Sungai Cianjur. Akses utamanya menghadap ke jalan Siliwangi, dengan ukuran rumah cukup besar. Yang menjadi ciri lain adalah rumah ini tepat menghadap ke salah satu jalan akses barat lingkungan pendopo yang menjadi kediaman dinas Regent (Bupati: kode C pada peta). Artinya, orang yang mengisi rumah ini haruslah orang yang memiliki kepentingan dengan lingkungan pendopo.

Secara kasat mata, satu-satunya rumah besar yang terlihat di antara posisi tersebut dengan ciri arsitektur Belanda adalah rumah yang kini menjadi klinik terapi kecantikan Praba Sarira. Beberapa foto rumahnya bisa dilihat di akun Instagram Praba Sarira

Hipotesa awal saya, ini adalah “Rumah Tumenggung” yang dimaksud dalam peta De Haan tahun 1906 dengan keterangan huruf “D” itu.

Perkiraan lokasi Rumah Tumenggung (D) – (Sumber: Google Maps)

Kalau tidak salah, ini adalah rumah kerabatnya sahabat saya, Agus Jaenudin (Gus, ini perlu ditelusuri lagi arsip-asripnya). Saya percaya, rumah dan keluarga ini memiliki nilai tinggi dalam konteks sejarah dan budaya Cianjur.

Lalu, siapakah sosok Tumenggung yang pernah tinggal di sana?

Peta yang bertitimangsa tahun 1906 menjadi petunjuk untuk melacak Bupati Cianjur yang memerintah pada masa sekitar itu. Ada dua kandidat kandidat yang kiranya sesuai. Pertama adalah Tumenggung Wiranagara (periode 1833-1834). Ini karena kesamaan nama (atau gelar?) Tumenggung. Sedangkan yang kedua adalah R.A.A. Prawiradireja II (periode 1862-1910), karena kesamaan periode dengan penerbitan peta. Setelah wafat, beliau dimakamkan di komplek Pasarean Agung, Cianjur.

Saya teringat kembali keluarga Pak Yus Wiradz (Yus Wiradiredja) yang juga trah dari keluarga Prawiradiredja juga masih tinggal di kawasan ini (Pasar Baru). Jika waktu dan kondisi memungkinkan, ingin rasanya untuk mendengar kisahnya mengenai kawasan ini.

Selain kawasan bersejarah dengan rumah-rumah bergaya Belanda yang tampak dari jalan Siliwangi, ada juga kompleks makam Bupati lain di sebidang lahan agak ke dalam dari samping rumah “Praba Sarira”.

Ada beberapa makam yang tampak “kuno” di sana, salah satunya yaitu makam Bupati Tumenggung Wiranagara (1833-1834). Di dekat makam itu, terdapat pula pusara Rd. Etje Madjid, salah seorang seniman padaleman Cianjur yang berperan cukup besar dalam pengembangan seni Cianjuran. Saya pernah berkunjung tahun 2013 silam.

Baca Artikel: Menelusuri Makam Bupati-bupati Cianjur Lama

Karena ini baru tinjauan awal, saya belum bisa merajut hubungan kesejarahan rumah ini dengan Bumi Ageung Cikidang, yang juga sama-sama memilki nilai sejarah tinggi di Cianjur. Semoga nanti bisa menemukan lagi keterangan berharga dari arsip-arsip lama.

Cag,

Ciputat, 13 Oktober 2020

sumber peta lama: ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia)

sumber peta sekarang: Google

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *