Kacapi Indung, Ikon Kota Cianjur

Cianjur selalu diidentikkan dengan seni tembang Cianjuran atau dalam istilah lain disebut juga seni mamaos. Perkembangan seni mamaos dimulai sekitar abad ke-18 yang diprakarsai oleh seniman-seniman kadaleman di lingkungan pendopo kabupaten.

Sejak Bupati R.A.A Kusumahningrat atau yang lebih populer disebut Dalem Pancaniti memperkenalkan seni mamaos ke khalayak yang lebih luas, kini seni mamaos telah berkembang dan menyebar ke berbagai daerah. Seni mamaos adalah sebuah penampilan seni suara (vokal) yang diiringi dengan kacapi indung sebagai instrumen utama, sedangkan instrumen lainnya yang melengkapi iringan yaitu suling dan kacapi rincik.

kacapi Indung koleksi Perceka Art Centre

Kacapi indung sebagai instrumen utama pengiring mamaos ternyata tidak hanya eksis dalam seni musik, tetapi juga bentuk-bentuk kacapi indung atau disebut juga kacapi gelung, atau kacapi parahu telah menjadi inspirasi berbagai arsitektur yang dapat dikatakan menjadi ikon kota Cianjur. Di beberapa tempat di kota cianjur terdapat replika-replika bentuk arsitektur yang mengambil ide dari bentuk kacapi indung, seperti bentuk tugu, pada gapura, bahkan digunakan pada kain batik.

Tampaknya kacapi indung telah menjadi inspirasi untuk membuat suatu objek yang khas, yang dapat menunjukkan identitas kelokalan Cianjur. Beberapa contoh struktur bangunan atau arsitektur lainnya yang memiliki bentuk kacapi indung yaitu:

Tugu Keluarga Berencana (KB): Perempatan Bypas-Ramayana

Tugu ini terletak di persimpangan jalan Dr. Muwardi (Bypas) dengan Jl. Mangun Sarkoro (Jalan Raya). Struktur dengan bentuk kacapi indung diletakkan di bagian atas tugu dengan puncaknya diletakkan lambang dan moto Keluarga Berencana. Pengendara yang lewat ke persimpangan ini dari arah Puncak ke Bandung via jalan Dr. Muwardi pasti akan menjumpai tugu ini. Karena Jl. Dr. Muwardi adalah jalan utama perlintasan jalur Puncak-Bandung, begitupun sebaliknya Bandung-Puncak via Cianjur lewat Ramayana.

Gapura Gang Rinjani

Struktur berbentuk kacapi indung diletakkan di atas gapuran dengan gagah. Berwarna hitam dengan ornamen bunga berwarna putih.

Taman Joglo

Taman yang dulunga bekas terminal Joglo ini memiliki arsitektur pilar berbingkai dengan ide bentuk ‘gelung’ dari kacapi indung dan tiangnya terinspirasi dari suling. Letak taman ini di jalan Siliwangi persimpangan dengan jalan Pangeran Hidayatullah.

Gapura SDN Ibu Dewi 3

SDN Ibu Dewi 3 memiliki struktur kacapi indung yang diletakkan di atas gapura pintu pasuk utama. Replika kacapi disandingkan dengan replika kendang dan kulanter yang terbuat dari beton. Struktur ini terletak di jalan Siliwangi kompleks sekolah dasar negeri Ibu Dewi.

Selain contoh yang telah ditampilkan, sebenarnya masih ada beberapa lagi arsitektur yang menggunakan bentuk kacapi indung, tetapi belum sempat CH ambil gambarnya. Tiga sruktur lainnya dapat ditemui di sepanjang Jalan Raya Bandung. Yang pertama yaitu gapura selamat datang di daerah Tungturunan dekat sungai Cisokan, lalu ada Gapura selamat datang di daerah Karang Tengah, dan gerbang kota Cianjur di daerah persimpangan tugu pramuka.

Batik Cianjuran

Bentuk kacapi dipakai juga pada ornamen kain batik khas Cianjur dengan dipadukan unsur bentuk padi dan beras khas Cianjur.

Makam yang dibentuk seperti alat musik kacapi indung ini adalah makam Raden Etje Madjid, yaitu salah satu seniman padaleman pada masa awal perkembangan seni mamaos. Karena bentuknya sangat berbeda dari makam lain di sektiranya, makam Rd. Etje Madjid ini cukup mudah untuk ditemukan di kompleks pemakaman Pasar Baru. Di kompleks ini juga terdapat makam salah satu bupati Cianjur dahulu yaitu Raden Wiranagara. Info lebih lengkap tentang makam ini dapat dibaca pada artikel Menelusuri Makam Bupati-bupati Cianjur Lama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *