Akhir Musim Panen, Awal Musim Tanam

Hai Sobat CH!
Perlu diketahui bahwa ruang lingkup “heritage” bukan hanya pada objek-objek yang memiliki nilai sejarah saja, dan bukan pula hanya aspek kebendaan saja (tangible). Dalam pengertian lebih luas, “heritage” termasuk juga berbagai aspek tak benda (intangible), misalnya pola hidup masyarakat, religi, atau kegiatan perekonomian masyarakat. Oleh karena itu hal-hal seperti kuliner, pakaian, kesenian, dan tradisi juga dibahas. 

Kali ini CH berbagi pengalaman tentang pola bertani masyarakat sawah di Cianjur. Foto ini diambil di sekitar daerah Ciranjang pada tanggal 1 Mei tahun
2014. Keadaan cuaca cukup mendung, mungkin karena sudah memasuki musim hujan (?).
Ya, siklus musim pada beberapa bulan terakhir kurang begitu bisa diprediksi.
Pasalnya, seingatku dulu ketika dalam pelajaran di Sekolah Dasar ibu guru
memberitahuku kalau musim hujan biasanya datang di bulan-bulan berakhiran –ber,
-dianalogikan dengan ungkapan ber-beran
dalam bahasa Sunda, yang berarti kurang lebih: menirukan suara hujan disertai
angin-  yaitu Oktober, Nopember,
September, Desember sampai bulan Februari. Dan musim kemarau dimulai pada bulan
berakhiran –ret –yang dianalogikan dalam ungkapan ret-retan untuk menunjukkan air mulai mengecil/tidak mengalir lagi
dan menghilang- yaitu Maret hingga Agustus. 
Tetapi mungkin saat ini siklusnya tidak seperti itu lagi. Konon akibat
pemanasan global.   

Di petakan-petakan sawah yang tersebar di daerah ini padi sudah dipanen
dan lahan telah diistirahatkan dari kegiatan bersawah. Yang terlihat hanya
kubangan air dan lumpur yang diselingi sisa-sisa padi yang masih tumbuh tak
beraturan. Padi yang masih tumbuh dari sisa panen memang masih dapat bertahan
hingga masa tanam berikutnya bila air memadai. Tetapi padi ini tidak akan
menghasilkan biji yang dapat dimanfaatkan. Di saluran-saluran air petakan sawah
ini hidup berbagai ikan kecil dan belut, terkadang juga hurang (udang), keuyeup (kepiting)
dan tutut (sejenis kéong kecil).

Di salah satu pojokan sawah yang terbentang luas itu terdapat sepetak
kecil tunas-tunas padi yang mulai tumbuh dari hasil penyemaian. Selintas tampak
seperti hamparan karpet tebal berwarna hijau cerah. Benih padi ini disemaikan
pada masa istirahat lahan sawah. Dengan demikian waktu luang untuk menunggu
siklus tanam berikutnya dapat digunakan dengan efisien. Beberapa minggu dari
sekarang, sawah akan mulai digarap kembali dan ditanami dengan tunas-tunas padi
yang baru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *